Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Periode Pertama Mau Habis, Target Ini yang Tak Bisa Dicapai Jokowi

Pada 20 Oktober 2019, kepemimpinan Jokowi akan masuk ke periode kedua setelah memenangi Pemilihan Presiden 2019.

Banyak hal dilakukan Jokowi pada periode pertamanya, sebut saya yang paling bisa terlihat yakni pembangunan infrastruktur secara besar-besaran.

Namun di balik itu, ada berbagai hal yang tak sesuai target. Salah satunya yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.

Pada 2014 silam, Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen di periode pertamanya.

“Setiap tahun ingin ada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik seperti yang sudah saya sampaikan," ujar Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/12/2014).

"Paling tidak, setelah tiga tahun ke depan kita sudah memiliki pertumbuhan di atas 7 persen,” sambungnya saat itu.

Namun hingga seminggu sebelum periode pertamanya selesai, target Jokowi itu tak pernah tercapai.

Dari 2015 hingga 2018, ekonomi hanya mampu tumbuh berturut-turut 4,88 persen, 5,03 persen, 5,07 persen dan yang tertinggi sebesar 5,17 persen.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2019 yakni 5,07 pada kuartal I dan 5,05 pada kuartal II. Sisanya, belum diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Meski begitu target pertumbuhan ekonomi 2019 tak jauh-jauh dari angka 5 persen. Artinya, masih jauh dari target 7 persen.

Ekonom A. Prasetyantoko sempat mengatakan bahwa tak tercapainya target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen disebabkan faktor ekonomi global.

Di tengah situasi ekonomi global saat ini kata dia, tak ada yang bisa memperkirakan apa yang terjadi. Bahkan lembaga keuangan sekaliber IMF dan Bank Dunia saja sampai harus merevisi proyeksinya.

Penyebabnya mulai dari keputusun bank sentral Amerika Serikat yang menaikan suku bunga berkali-kali yang membuat adanya tekanan likuiditas dan mata uang.

Hal ini membuat para investor lari ke luar negeri. Imbasnya investasi di Indonesia juga tidak melonjak tajam. Padahal investasi adalah salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu ada juga faktor perang dagang dua negara besar yakni Amerika Serikat dan China. Hal ini turut berimbas kepada negara-negara mitra dagang kedua negara, termasuk Indonesia.

Akhirnya ekspor Indonesia jeblok. Padahal ekspor juga satu satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Jadi bagaimana mungkin saat situasi global sedang tumbuh melambat ekonomi kita terakselerasi secara signifikan menjadi 7 persen itu sangat tidak masuk akal,” kata di Jakarta, awal Februari 2019 lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (BPS) juga sempat menilai target pertumbuhan ekonomi 7 persen merupakan hal yang sangat berat dicapai di tengah kondisi ekonomi global juga sedang mengalami pelemahan.

Menurut dia, ekonomi Indonesia yang tetap bisa tumbuh positif selama 2015-2018 harus disyukuri. Terlebih pada 2018, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen.

Sebab, pada saat yang sama kondisi ekonomi global sedang melambat, begitupun dengan harga komoditas yang turun.

https://money.kompas.com/read/2019/10/14/130200926/periode-pertama-mau-habis-target-ini-yang-tak-bisa-dicapai-jokowi

Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke