Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER DI KOMPASIANA] Kepulangan Ibunda Jokowi | APD untuk Petugas Medis | Karantina Geografis di NTT

KOMPASIANA - Ibunda Presiden Joko Widodo, Sujiatmi Notomihardjo, meninggal dunia pada usia 77 tahun di rumah sakit Rabu (25/3/2020) pukul 16.45 WIB setelah menjalani perawatan karena sakit kanker.

"Ibu ini sudah empat tahun mengidap sakit yaitu kanker, dan sudah berobat. Sudah berusaha berikhtiar utamanya ke RSPAD Gatot Subroto," kata Jokowi, seperti dikutip dari kompas.com, kepada wartawan pada Rabu (25/3/2020).

Selain itu masih ada konten-konten seputar pandemi covid-19 yang isunya terus berkembang di tengah masyarakat. Dampak-dampaknya bahkan sudah terasa bagi para pedagang yang sepi pembeli.

Kemudian kondisi para dokter dan tenaga medis juga tidak kalah mendapat sorotan Kompasianer pada pekan ini, khususnya tentang ketersediaan alat pelindung diri (APD) saat mereka bertugas.

Berikut 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana selama sepekan:

1. Mengenang Ibunda Jokowi Sujiatmi Notomiharjo, Simbol Kesederhanaan dan Kejujuran

Jika harus mengenang sosok Ibunda Jokowi, Sudjiatmi Notomiharjo, untuk menggambarkan sosok ini secara simbolik maka hanya akan teringat dua buah kata yakni "kesederhanaan dan kejujuran".

Kedua hal tersebut, menurut Kompasianer Arnold Adoe, menautkan dirinya dengan sesama di dalam hidupnya.

Keluarga Jokowi bukanlah berasal dari kalangan ningrat, sehingga perjuangan hidup luar biasa dari ayah dan ibu adalah bagian dari keseharian mereka. Sudjatmi digambarkan Jokowi sebagai ibu pejuang nan gigih.

Prinsip hidup yang tetap ditinggalkannya meski raganya telah pergi. Terima kasih telah menunjukan keteladanan dalam mendidik anak-anak Eyang, sebuah teladan berharga bagi bangsa ini. Selamat Jalan," tulis Kompasianer Arnold Adoe. (Baca selengkapnya)

2. Karantina Geografis Covid-19 untuk NTT

Pro dan kontra kebijakan lockdown saat ini menjadi perdebatan yang hangat oleh berbagai kalangan.

Mereka yang setuju berpendapat bahwa cara ini merupakan usaha menahan laju penyebaran virus sehingga memungkinkan para penderita dapat ditangani dalam rentang waktu dan dengan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Hal ini sejalan dengan apa yang coba disampaikan oleh Kompasianer Herman Seran tentang beographical barrier (batasan geografis), khususnya daerah Nusa Tenggara Timur.

Sebab, lajutnya, sebagai provinsi kepulauan, NTT memiliki keunggulan geographical barrier jika dimanfaatkan dengan baik akan menjadi kekuatan untuk memerangi penyebaran COVID-19.

"Dengan lockdown berbasis pulau memungkinkan aktivitas masyarakat setempat tidak terhenti tetapi, orang yang mengidap atau pembawa virus dihambat untuk memasuki wilayah NTT, apalagi pindah dari pulau ke pulau di NTT," tulis Kompasianer Herman Seran. (Baca selengkapnya)

3. Penjualan di Masa Covid-19: Pemasaran Alami Koma, Ujung Tombak di Ujung Tanduk

Dalam sudut pandang pemasaran, menurut Kompasianer Freddy Kwan, panic buying ini membuat kita memasuki kondisi di mana pemasaran mengalami koma, yaitu kondisi di mana Ilmu Pemasaran tidak lagi dipakai secara utuh dalam memasarkan produk.

Sebagai contoh, saat pemerintah mengimbau bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19, tim penjual dan logistik tidak serta merta bisa melaksanakan imbauan tersebut.

"Dalam kondisi seperti ini, sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga ketersediaan produknya di pasar (Place). Kekosongan produknya di pasar dalam kondisi ini, hanya menjadi pembuka jalan bagi kompetitornya untuk merebut pasar," lanjutnya

Namun, strategi apalagi yang tepat dalam menanggulangi turunnya konsumen yang akan dan telah terjadi ini? (Baca selengkapnya)

4. Mereka yang (Terpaksa) Pede Meski Tak Ada APD

Fenomena keterpaksaan tenaga medis menggunakan jas hujan sebagai APD terjadi di berbagai daerah, termasuk di salah satu RS Rujukan Covid-19 di Kota Tegal.

Tenaga medis ini harus APD yang dapat melindungi seluruh bagian tubuh dari kaki hingga kepala. Bentuk APD yang umum dipakai oleh tenaga medis ini adalah baju Hazmat, googles, sarung tangan, masker N95, dan sepatu boot.

"Kenyataan di lapangan hazmat sangat langka, sehingga para tenaga medis fasilitas kesehatan di berbagai daerah terpaksa berinisiatif memakai jas hujan sebagai pengganti Hazmat untuk menutupi tubuh mereka," tulis Kompasianer Musfiq Fadhil.

Jika tidak cepat diatasi atas kekurangan peralatan ini, maka nasib para tenaga medis sungguh mengkhawatirkan, seperti diminta berperang tapi tidak dipersenjatai. (Baca selengkapnya)

5. Salah Telanjur Tinggalkan Jakarta dalam Situasi Bahaya Covid-19

Sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang telekomunikasi dan digital, sebenarnya hal biasa bagi Kompasianer Getha Dianari setiap akhir pekan pulang ke Bandung.

Akan tetapi, pada kepulangannya kali itu, membuatnya tidak bisa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaannya pada Senin pekan depan.

"Saya memasang reminder di kalender ponsel pada 26 Maret 2020 "cek kondisi kesehatan orang rumah". Tanggal tersebut adalah hari ke-14 setelah saya meninggalkan Jakarta, saya ingin memastikan bahwa setelah masa inkubasi virus selama 14 hari tidak ada gejala yang terjadi," tulisnya.

Namun sayang, pada 24 Maret 2020, Kompasianer Getha Dianari menderita pilek dan tenggorokan sakit yang membuatnya tidak bisa kembali ke Jakarta. (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2020/03/28/160832926/populer-di-kompasiana-kepulangan-ibunda-jokowi-apd-untuk-petugas-medis

Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke