Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Produksi Beras Bakal Surplus, Yakin Tak Perlu Impor Tahun Ini

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengklaim pasokan beras dalam negeri cukup untuk menghindari krisis pangan dunia di masa pandemi Covid-19, yang telah diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO).

Kementerian Pertanian meyakini hingga akhir tahun produksi beras dalam negeri bisa surplus hingga 6 juta ton. Sehingga sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan tak perlu mengimpor beras.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pihaknya tengah menggenjot program percepatan musim tanam (MT) kedua dengan fokus pada 5,6 juta hektare dari 7,46 juta hektare lahan sawah. Fokus dilakukan pada lahan yang memiliki irigasi baik.

Target produksi beras dari musim tanam kedua diperkirakan bisa mencapai 12,5 juta ton hingga 15 juta ton. Sementara, stok beras dalam negeri hingga Juni 2020 masih tersedia 7,49 juta ton.

Sehingga jika prduksi di musim panen kedua bisa mencapai 15 juta ton, maka stok beras bisa tembus 22 juta ton hingga akhir Desember 2020. Ini akan melebihi kebutuhan nasional yang diperkirakan mencapai 15 juta ton hingga akhir tahun.

"Insya Allah kalau prognosis ini tidak ada halangan, maka akan terjadi surplus sekitar 5-6 juta ton beras, dan akan menjadi carry over untuk tahun depan," ungkap Syahrul dalam webinar Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju, Kamis (2/7/2020).

Penghitungan ini semakin menguatkan pendapat Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso yang menyebut, Indonesia tidak perlu mengimpor beras hingga akhir tahun. Sekalipun ada ancaman krisis pangan dunia.

Buwas, sapaan akrabnya, meyakini produksi beras dalam negeri akan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional hingga akhir tahun.

"Pengalaman saya dua tahun di Bulog, saya membuktikan selama kepemimpinan, kami tidak pernah mengimpor. Insya Allah sampai tahun ini tidak impor beras sebutir pun," kata dia.

Kendati demikian, ia mengakui, beras asal Indonesia memang masih kalah bersaing dengan beras impor, terutama dari segi harga.

Ini karena sistem budidaya pertanian di Indonesia masih konvensional, sehingga memakan biaya produksi yang besar. Sementara di luar negeri sudah menerapkan mekanisme yang lebih modern.


Contohnya, beras impor kualitas premium dihargai Rp6.500 per kilogram ketika tiba di pelabuhan Indonesia. Sementara beras kualitas premium sesuai acuan pemerintah berkisar Rp12.000-Rp13.000 per kilogram.

Dalam kondisi menghadapi krisis pangan, memang mengimpor beras akan jauh lebih efisien. Namun, Buwas menegaskan, persoalan impor beras menyangkut kehidupan jutaan petani dalam negeri.

Apalagi Indonesia merupakan negara agraris, yang sudah seharusnya memegang prinsip mampu memproduksi beras sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

"Ini soal harga diri kita, sebagai negara agraris harusnya enggak boleh impor pangan. Kita harus berpihak kepada petani dan menguatkan segala aspek, terutama pangan," katanya.

Buwas pun memastikan Bulog terus melakukan penyerapan beras dari para petani dalam negeri, guna menjamin pasokan dan mendorong perekonomian.

Hingga Juni 2020, Bulog telah menyerap 700 ton beras petani atau mencapai 50 persen dari target sebanyak 1,4 juta ton.

https://money.kompas.com/read/2020/07/03/084020026/produksi-beras-bakal-surplus-yakin-tak-perlu-impor-tahun-ini

Terkini Lainnya

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke