Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Target Nabung Biaya Pendidikan Anak Tak Tercapai, Apa yang Salah?

Sebagai orang tua, Anda pasti ingin yang terbaik untuk pendidikan anak. Mulai dari PAUD hingga menapaki kuliah di perguruan tinggi.

Pendidikan butuh biaya. Biaya pendidikan setiap tahun terus meningkat. Kisarannya rata-rata 10 persen per tahun, jauh melebihi inflasi tahunan.

Mau anaknya sekolah atau kuliah di tempat yang oke dan favorit, tentu saja biayanya juga mahal. Ada harga, ada kualitas. Begitulah kasarnya.

Tetapi faktanya, Anda sudah sedikit-sedikit menabung, mengumpulkan uang untuk biaya pendidikan anak dalam waktu lama, ternyata tidak mencapai target. Itu berarti ada kesalahan sehingga target tidak terpenuhi.

Berikut beberapa penyebab sehingga Anda tidak mampu mencapai target biaya pendidikan anak, seperti dikutip dari Cermati.com.

1. Tidak cermat menghitung kenaikan biaya pendidikan

Pendidikan adalah investasi yang sangat mahal. Bagaimana tidak mahal? Wong biayanya bikin pusing tujuh keliling.

Dikutip dari laman resmi AIA Financial, rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia mencapai 20 persen per tahun. Sementara biaya pendidikan perguruan tinggi swasta naik hingga 40 persen per tahunnya.

Semakin baik sistem pengajaran dan semakin lengkap fasilitas yang diberikan, makin mahal pula biaya pendidikannya.

Kenaikan biaya ini tentu harus diperhitungan dengan cermat oleh orangtua. Jika tidak tepat, sudah pasti meleset.

Misalnya uang pangkal kampus swasta A tahun 2020 sebesar Rp 20 juta, berarti dengan asumsi naik 40 persen per tahunnya, berarti Anda harus menyiapkan uang sebesar Rp 28 juta. Itu untuk uang pangkalnya saja, belum termasuk biaya per semester.

Sebab itu, cari tahu sebanyak-banyaknya informasi terbaru tentang biaya pendidikan anak dari tahun ke tahun, sehingga bisa mendapatkan gambaran secara utuh dan jelas.

2. Penempatan dananya tidak tepat

Kesalahan lain yang membuat anak gagal menempuh pendidikan layak, adalah kesalahan menempatkan dananya. Misalnya pada instrumen investasi, kalau salah, ya pasti mempengaruhi imbal hasilnya.

Umumnya orang menempatkan biaya pendidikan di tabungan berjangka atau tabungan pendidikan. Tetapi namanya produk simpanan, bunganya kecil sekitar 2-3 persen. Uang bukannya nambah, malah tergerus inflasi.

Oleh karena itu, simpan biaya pendidikanmu pada produk investasi, seperti reksadana, emas, maupun deposito. Reksadana dan emas, adalah instrumen investasi yang bisa dicairkan kapan saja.

Imbal hasilnya lumayan besar jika investasi dalam jangka panjang lebih dari 5 tahun. Contoh reksadana pasar uang, rata-rata keuntungan hingga 20 persen per tahun. Sedangkan emas sekitar 12 persen per tahun.

Sementara deposito mirip dengan tabungan. Bedanya ada jangka waktunya. Tidak bisa ditarik sesuka hati. Tetapi suku bunganya lebih tinggi dari tabungan, yakni sekitar 4-7 persen.

3. Tidak diversifikasi investasi

Kalau uang mau berkembang dan mencapai target pengumpulan dana, jangan hanya mendekap satu instrumen investasi. Pilih dua atau tiga.

Misalnya satu, investasi emas. Dua, investasi reksadana. Jadi kalau reksadana lagi turun kinerjanya, emas tetap stabil. Begitupula sebaliknya.

Atau deposito untuk biaya pendidikan anak pertama, dan investasi emas untuk anak kedua. Dengan begitu, ada diversifikasi. Tidak mengandalkan satu investasi saja.

4. Mengutak-atik biaya pendidikan

Kesalahan fatal berikutnya, yaitu mengutak atik biaya pendidikan anak yang sudah terkumpul. Ini kebiasaan jelek banyak orangtua. Mencampuradukkan uang.

Padahal dalam perencanaan keuangan, sudah jelas pos-pos anggarannya. Untuk biaya pendidikan sendiri, untuk dana darurat sendiri, untuk bayar utang dan kebutuhan makan pun dipisahkan.

Begitu ada keperluan mendesak, orangtua menarik uang dari pos biaya pendidikan. Contohnya menjual emas atau mencairkan reksadana. Seharusnya gunakan dana darurat.

Kalau Anda ‘gatel’ menggunakan biaya pendidikan anak, kapan bisa terkumpul sesuai target? Yang ada justru berkurang karena terus ditarik dananya.

5. Tidak menyisihkan uang dengan rutin

Biaya pendidikan bisa terkumpul sesuai target jika Anda komitmen dan disiplin menyisihkan uang. Dari gaji bulanan atau pendapatan harian, berapapun itu sisihkan.

Bila anak lebih dari satu, Anda dapat mengumpulkan masing-masing 10 persen dari penghasilan. Tetapi kalau hanya satu anak, sebaiknya 20 persen.

Setelah menerima gaji, langsung sisihkan untuk biaya pendidikan anak. Jangan menunggu dari sisa gaji. Dengan Anda rajin menyisihkan uang, maka kesempatan untuk mencapai target dana lebih besar.

Persiapkan Biaya Pendidikan Sejak Dini

Anda sebagai orangtua harus tahu kapan waktunya mengumpulkan biaya pendidikan anak. Begitu anak Anda lahir, langsung persiapkan.

Jangan menunggu anak Anda besar, itu sudah terlambat. Anda sendiri yang bakal pusing saat anak mulai masuk sekolah.

Mempersiapkan biaya pendidikan sejak dini dapat menghindari Anda dari utang yang nilainya bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

https://money.kompas.com/read/2020/12/06/100300926/target-nabung-biaya-pendidikan-anak-tak-tercapai-apa-yang-salah-

Terkini Lainnya

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke