Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjadi Organisasi Bisnis yang Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19

PANDEMI Covid-19 selama hampir setahun ini tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan semata, mengingat bahaya virus corona dari segi penyebaran dan mutasi, tetapi juga memicu resesi ekonomi.

Berbagai sektor industri tidak dapat melakukan aktivitas normal guna mendukung program pemerintah yang telah beberapa kali melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan laju penularan Covid-19.

Chief Economist Bank Central Asia David Sumual (2020), Baldwin & di Mauro (2020), serta pakar ekonomi dan bisnis lainnya menyatakan, masalah ekonomi karena pandemi Covid-19 sungguh berbeda dibandingkan krisis-krisis ekonomi yang pernah terjadi.

Hans Kwee (2020) dan Lukas Setiaatmadja (2020) menyatakan, krisis ekonomi Asia 1997/1998 dan krisis keuangan global 2007/2008 terjadi karena ketamakan investor berujung kehancuran pasar modal.

Adapun masalah ekonomi akibat Covid-19 ini adalah adanya guncangan supply and demand akibat ketergantungan negara-negara di dunia pada impor komponen bahan baku dari China.

Seperti halnya krisis ekonomi Asia 1997/1998 dan krisis keuangan global 2007/2008 yang dapat berakhir, maka kita juga harus punya optimisme bahwa masa pandemi Covid-19 dapat terlewati berbekal konsep survive dan sustain dalam organisasi.

Reeves et al (2020) mencetuskan 12 important lesson learnt untuk para pebisnis sebagai berikut:

  1. Perbarui kecerdasan anda setiap hari
  2. Waspadai siklus berita
  3. Jangan berasumsi bahwa informasi menciptakan informasi
  4. Gunakan pakar dan ramalan secara cermat
  5. Terus membingkai ulang pemahaman tentang apa yang terjadi
  6. Waspadalah pada birokrasi
  7. Pastikan respons anda seimbang di tujuh dimensi
  8. Gunakan prinsip resiliensi dalam mengembangkan kebijakan
  9. Bersiaplah sekarang untuk krisis berikutnya
  10. Persiapan intelektual saja tidak cukup
  11. Renungkan yang telah dipelajari
  12. Bersiaplah untuk dunia yang selalu berubah.

Detail tentang 12 important lesson learnt dari Reeves M, N Lang, dan PC Slezak (2020) dibagi menjadi dua bagian, yakni poin 1-6 dan poin 7-12.

Bagian pertama (aspek 1-6) lebih bersifat pada pratindakan yang seharusnya menjadi alasan bersikap dari pebisnis selama pandemi. Bagian ini dapat dirangkum dengan satu term yakni sustain (senantiasa bertumbuh dan berkembang).

Adapun bagian kedua (7-12) sudah menunjukkan aspek tindakan yang seharusnya menjadi keputusan pebisnis selama pandemi. Dari lessons ini dapat dirangkum dengan suatu terminologi, yakni survive (berdaya tahan tinggi).

Kombinasi dari survive dan sustain ini disebut resiliensi merupakan intisari lesson ke-8. Untuk kondisi resiliensi ideal menjadi tanggungjawab manajemen puncak (Wang et al, 2020).

Berdasarkan aspek-aspek pembelajaran di atas, terangkum terminologi sustain dan survive sebagai bentuk strategi organisasi agar terus dapat hidup ke depan.

Agar dapat berdaya tahan, organisasi tidak hanya mengandalkan aspek digitalisasi bisnis semata, namun harus mampu merancang model bisnis digital tepat sesuai dengan profil bisnisnya.

Pada sisi sustain, setiap organisasi harus mampu mengaplikasikan dan mensinergikan model bisnis digital pada semua sendi kehidupan bisnis.

Kunci sukses dari sustain dan survive terletak pada resiliensi yakni dalam bentuk realisasi kemajuan setiap fungsi bisnis yang terdampak Covid-19, misalnya kestabilan pangsa pasar dan reputasi bisnis.

Dari uraian sebelumnya dapat dipetik tiga poin penting. Pertama, setiap organisasi perlu mengenali dimensi penting aspek sustain dan survive karena penting untuk mencetuskan strategi tepat selama pandemi Covid-19.


Kedua, strategi yang ditetapkan tidak langsung bersifat tepat sasaran karena situasi pandemi Covid-19 ini sangat dinamis dan tidak pasti (chaotic) sehingga efektivitas resiliensi dalam menyusun strategi akan menjadi faktor kritikal.

Ketiga, hasil penelitian tentang bagaimana bersikap bagi pebisnis di dunia dari Reeves et al (2020) seharusnya dapat diadopsi di Indonesia.

Namun, muatan teknis dari 12 aspek pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan dampak pandemi Covid-19 bagi kondisi lingkungan bisnis di Indonesia.

Hal yang urgen bagi pebisnis adalah aspek ketiga dan keempat terkait keinformasian dan kepakaran memprediksi kondisi eksternal berbasis profil manajemen risiko.

Menjadi organisasi bisnis yang survive dan sustain melalui 12 aspek tersebut belum akan meredakan kondisi pandemi, namun diharapkan sedikit memberikan solusi bagaimana seharusnya pebisnis bersikap dan bertindak.

Seperti saat ini, perusahaan farmasi di seluruh dunia dituntut melakukan berbagai upaya penemuan vaksin guna menekan laju pertumbuhan kasus Covid-19.

Menurut Rahim (2020), upaya perusahaan farmasi dalam rangka penemuan vaksin Covid-19 akan semakin efektif melalui kerja sama global dengan mekanisme International Advance Market Commitments (IAMC).

Kerja sama global direalisasikan dengan memakai implementasi aspek pembelajaran 1-6, yakni makin update tentang perkembangan virus Covid, melakukan pengembangan antivirus untuk bakal vaksin dengan konsorsium tenaga ahli farmasi antarnegara, serta melakukan kajian prosedur uji klinis sesuai standar Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Implementasi aspek nomor 7-12 adalah menggunakan prinsip resiliensi membangun harmonisasi berbagai pihak yang terlibat dalam proyek pengembangan vaksin Covid-19, melakukan kerja cerdas memanfaatkan potensi keunggulan unik para pihak misalnya pemahaman uji klinis safety, expanded, dan efficacy trial serta mampu melakukan upaya percepatan fase penggabungan hingga persetujuan.

Namun, untuk mencapai tahap persetujuan beberapa jenis vaksin perlu waktu panjang.

Buah kerja sama berupa vaksin menuntut manifestasi sikap survive dan sustain dari tenaga ahli dan perusahaan farmasi.

Realisasi kerja sama ini diharapkan akan mengarahkan kepada akhir pandemi melalui implementasi vaksin yang tepat.

Peningkatan kasus positif Covid-19 belakangan ini memang sungguh memberatkan karena terjadi di akhir tahun.

Manakala tahun 2019 dan sebelumnya kita semua masih dapat bepergian dan berjumpa bersama kerabat keluarga tercinta, akhir tahun ini kita semua harus membatasi diri.

Inilah fakta yang harus dijalani, seperti halnya perusahaan dan organisasi melakukan aktivitas non-normal dan saling terus berkolaborasi demi menjaga keberlanjutan dan daya tahan merujuk pada lesson learnt di atas.

Akhirnya survability dan sustainability organisasi bisnis dapat menjadi "vaksin ampuh" dalam menjalani tahun 2021 yang penuh ketidakpastian.

Semua komponen organisasi bisnis perlu semangat kolaboratif dan adaptif dalam menjalankan setiap tugasnya.

Jika mulai banyak kolaborasi dan perlaku adaptif yang dapat terealisasi, harapan pemulihan ekonomi seharusnya akan terjadi.

Optismisme ini cukup beralasan dengan melihat kajian Chatib Basri dalam judul "Ekonomi DKI Pulih jika Wabah Tertangani" (Kompas, 19 Desember 2020 hal. 12), yakni salah satunya efektivitas vaksinasi.

Ignatius Roni Setyawan
Dosen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara, Jakarta

https://money.kompas.com/read/2020/12/28/160000426/menjadi-organisasi-bisnis-yang-tahan-banting-di-tengah-pandemi-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke