Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Susul Huawei, Kini Giliran Xiaomi Masuk Daftar Hitam AS

Mengutip Nikkei Asia, Sabtu (16/1/2021), Presiden Donal Trump yang bakal habis masa jabatannya meningkatkan hubungan tidak baik antara AS dengan China. Trump justru mengintensifkan tindakan kerasnya terhadap kepentingan perusahaan-perusahaan China.

Diketahui, Departemen Pertahanan AS telah memasukkan Xiaomi ke dalam daftar hitam sejak Kamis (14/1/2021) karena diduga ada hubungan kuat dengan militer China.

Produsen chip teratas asal negeri Tirai Bambu, Semiconductor Manufacturing International Corp juga telah dimasukkan ke dalam daftar hitam untuk membatasi bisnisnya dengan perusahaan AS.

AS bahkan memaksa para investor untuk menjual saham mereka dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Diduga blacklist atas Xiaomi datang ketika perseroan membuat rencana ambisius untuk pertumbuhan secara global. Pada kuartal III 2020, Xiaomi berhasil mengalahkan produsen ponsel asal AS, Apple, dari segi penjualan/pengiriman ponsel.

Xiaomi menjadi pembuat ponsel terbesar ketiga di dunia pada saat itu, mengungguli raksasa teknologi AS itu dari tiga besar global untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir.

Xiaomi juga telah melakukan pemesanan agresif dengan para pemasok. Harapannya, perseroan mampu meraih pangsa pasar yang hilang dari Huawei di tengah tindakan keras AS.

Menanggapi blacklist AS, Xiaomi membantah terafiliasi oleh militer China.

Pembuat ponsel yang dijuluki Apple-nya China ini boleh dibilang berhasil mengukir namanya sebagai pabrikan ponsel dengan spesifikasi premium, namun harganya terjangkau. Tak heran, perusahaan memegang posisi teratas di beberapa pasar handset, seperti India.

Xiaomi juga merupakan salah satu klien terkemuka dari dua pengembang chip seluler terbesar di dunia, Qualcomm AS dan Mediatek Taiwan.

Smartphone andalan terbarunya dengan tipe Mi 11 yang diluncurkan pada Desember ini, menggunakan prosesor seluler paling premium Qualcomm, sistem-on-chip Snapdragon 888 5G.

Larangan Trump

Sementara itu, Trump telah menuduh China semakin mengeksploitasi ibu kota AS.

Menyusul blacklist terhadap Xiaomi, Trump melarang warga AS untuk memiliki sekuritas secara langsung atau melalui dana, di perusahaan yang dianggap memiliki hubungan dengan militer China. Larangan itu berlaku mulai 11 Januari 2021 kemarin.

Sedangkan bagi investor yang telanjur memiliki aset secara itu, diberi waktu hingga November 2021 untuk melepaskan/menjualnya.

Tercatat, investor utama Xiaomi berasal dari AS. Beberapa seperti Vanguard Group, BlackRock Institutional Trust Company, Wells Capital Management, dan Geode Capital Management.

Atas perintah Trump, harga saham perusahaan turun 9 persen di bursa Hong Kong.

Selain Xiaomi, Departemen Pertahanan AS juga menyebut beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan militer China. Di antaranya termasuk Advanced Micro-Equipment Fabrication Co atau dikenal sebagai AMEC.

AMEC merupakan salah satu unggulan nasional China dalam peralatan chip. Perusahaan ini telah terdaftar di papan STAR tech-heavy Shanghai sejak 2019.

SMIC dan Yangtze Memory Technologies, telah mempercepat penggunaan peralatan chip buatan sendiri seperti yang diproduksi oleh AMEC, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada peralatan Amerika.

Perusahaan lainnya yang masuk daftar hitam adalah Commercial Aircraft Corporation of China. Pabrikan pesawat itu ditujukan untuk bersaing dengan Boeing dan Airbus.

Sejauh ini, tak kurang lebih dari 40 entitas China telah dicurigai sebagai perusahaan militer. Termasuk di antaranya operator seluler China Mobile dan China Telecom; pembuat kamera pengintai top dunia, Hikvision; dan pembuat pembuat server China terkemuka, Inspur.

https://money.kompas.com/read/2021/01/16/085511026/susul-huawei-kini-giliran-xiaomi-masuk-daftar-hitam-as

Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke