Melansir Bloomberg, rupiah ditutup melemah 28 poin (0,2 persen) di level Rp 14.425 per dollar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp 14.396 per dollar AS.
Ibrahim Assuaibi Direktur PT TRFX Garuda Berjangka mengatakan indeks dollar AS mengalami pergerakan yang cukup tinggi selama empat bulan terakhir, terakhir di level 92,5.
Di sisi lain, stimulus besar-besaran di AS berdampak terhadap kenaikan yiel obligasi AS bertenor 10 tahun dan menguatnya Indeks dollar.
“Pelemahan indeks dollar mengakibatkan mata uang rupiah terus mengalami pelemahan. Namun Bank Indonesia menjaga kondisi ini, dan terlihat pelemahan mata uang rupiah tidak menimbulkan kepanikan, ini karena sudah tidak adalagi amunisi bank sentral untuk menahan rupiah agar tidak melemah,” jelas Ibrahim.
Adapun beberapa opsi yang bisa dilakukan bank Indonesia untuk menstabikan mata uang rupiah yaitu menaikkan suku bunga, melepaskan rupiah atau mengontrol modal.
“Kalau menaikan suku bunga untuk saat ini belum bisa di jalankan karena saat ini Indonesia dalam masa pemulihan dan akan memperburuk ekonomi dalam negeri. Mengontorl modal juga belum bisa karena pengaturan modal bertentangan dengan undang-undang,” tambahnya.
Imbal hasil Treasury AS, merosot ke 1,6 persen melanjutkan penurunannya dari tertinggi lebih dari satu tahun di 1,7 persen minggu lalu. Pelaku pasar juga khawatir dengan ketegangan antara China, AS, serta sekutunya.
AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada akan memberi sanksi kepada pejabat China yang dituding terlibat dalam pelanggaran terhadap etnis minoritas di Xinjiang.
“Sanksi hak asasi manusia terhadap China yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Eropa dan Inggris, yang mendorong sanksi pembalasan dari Beijing, menambah kekhawatiran pasar,” jelas dia.
https://money.kompas.com/read/2021/03/24/160243626/rupiah-melemah-sore-ini-dan-ditutup-di-level-rp-14425-per-dollar-as