Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Filosofi Kewirausahaan di Balik Fenomena "Maskergenik"

KETIKA pandemi melanda, awalnya tidak mudah bagi orang untuk membiasakan diri menggunakan masker tatkala beraktivitas di luar rumah.

Alasan sesak untuk bernafas, panas atau menimbulkan jerawat di permukaan kulit, kerap kali muncul. Juga dianggap mengganggu penampakan wajah, karena hanya bagian mata ke atas yang terlihat.

Tapi kini, siapa yang menyangka masker yang digunakan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 telah menjadi bagian dari fesyen atau mode untuk memperbaiki penampilan.

Seperti dilansir oleh Kompas.com (23/8/2020) studi kecil yang dilakukan universitas di Pennsylvania, AS, memperlihatkan bahwa masker dapat membuat tampilan wajah seseorang menjadi lebih menarik.

Studi tersebut menegaskan bahwa wajah yang simetris dan seimbang adalah faktor kunci untuk membangun daya tarik.

Jika hidung, rahang, leher, dan bibir tidak simetris, maka berdaya tarik rendah. Ketika itu semua ditutup dengan masker, wajah akan menjadi lebih menarik.

Inilah yang memunculkan istilah baru "maskergenik" yaitu wajah seseorang yang tampak lebih menarik jika menggunakan masker yang sesuai.

Dalam candaan, saat masker dibuka, baru ketahuan wajah "berantakan" yang mengemuka, dan tidak semenarik ketika dibalut masker.

Maskergenik dan kewirausahaan

Di balik cerita tentang maskergenik yang kini menjadi tren bagi ahli kecantikan untuk menawarkan tips dan trik memperindah wajah tersisa yang tidak ditutup masker, biasanya seputar mata, fenomena ini dapat dimaknai dari sudut pandang filosofi kewirausahaan.

Kewirausahaan yang dikenal sebagai proses menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai dengan pengambilan risiko yang terukur, selalu identik dengan penciptaan peluang atas problem yang dihadapi masyarakat konsumen, seolah menemukan momentum yang tepat.

Ketika banyak usaha menemui kesulitan bahkan berakhir penutupan, bisnis yang berakar pada filosofi kewirausahaan yang kuat, berpeluang besar dapat bertahan bahkan berkembang.

Mengaitkan dengan fenomena maskergenik, kewirausahaan memberikan makna.

Pertama, masalah sekecil apa pun selalu memberikan peluang bagi wirausaha untuk memberikan solusi yang tepat.

Ketika sebagian besar wajah ditutup masker dan hanya menyisakan mata, dahi dan sebagian hidung yang terlihat, selalu ada kesempatan untuk tampil bergaya. Bahkan tampil lebih menarik ketimbang tanpa menggunakan masker.

Hal ini diperkuat dengan studi yang memperlihatkan penggunaan masker dapat menyembunyikan kekurangharmonisan tampilan wajah. Para penata rias berkesempatan menyiasati riasan seputar mata dan dahi.

Selalu ada peluang, yang walaupun kecil, seolah tak ada arti, namun dengan solusi yang tepat, dapat memberikan dampak kuat.

Kedua, wirausaha tulen selalu memulai dari apa yang dimilikinya: who am I, what I now dan whom I know, seperti yang dikemukakan oleh Prof Saras Sarasvathy dari Darden School of Business, University of Virginia, mengenai prinsip efektuasi kewirausahaan, yaitu seperangkat prinsip pengambilan keputusan yang dilakukan oleh wirausaha dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.

Prinsip yang disebut "bird in hand" ini menekankan pentingnya wirausaha mengenali diri dengan mengetahui minat, kemampuan yang dimiliki dan jejaring yang diketahui.

Penggunaan masker hanya menyisakan ruang terbatas di wajah. Bagi sebagian wanita berarti mempersempit ruang untuk berkreasi merias wajah.

Namun dari apa yang dimiliki dan yang diketahui, tetap saja memberikan ruang untuk bergaya dan tampil menarik. Sungguh entrepreneurial, kreatif dan inovatif.

Ketiga, menjalankan proses kewirausahaan tidak selamanya mulus dan sesuai rencana. Selalu ada kejutan-kejutan hadir seolah memberikan batu ujian bagi wirausaha.

Prof Saras Sarasvathy menyebutkan bahwa wirausaha selalu dapat merespons kejutan-kejutan itu menjadi peluang yang menguntungkan, seburuk apapun kejutan itu datang. Memberikan respons balik yang positif dan menyegarkan.

Keempat, maskergenik telah membuka ceruk pasar baru. Mungkin sesaat, tapi ada kemungkinan berlanjut hingga waktu yang tak terbatas.

Selain bisnis masker yang telah berkembang sejak awal pandemi, peluang lain terkait maskergenik terbuka lebar, terutama yang berhubungan erat dengan perawatan kulit dan tata rias wajah.

Fenomena lanjutan

Fenomena maskergenik, dapat dimaknai pula sebagai "terapi" membantu pribadi yang mungkin krisis kepercayaan diri dan suka malu-malu.

Sesungguhnya penggunaan masker menjadi hal biasa jauh sebelum pandemi datang. Paling tidak bagi pengguna angkutan umum yang sarat polusi udara.

Ini mengingatkan cerita seorang teman yang biasa bermasker karena alergi terhadap udara di ruangan berpendingin udara, ditegur petugas sekuriti mal untuk melepaskannya, karena dianggap menutup identitas wajah.

Bagi wirausaha, maskergenik tidak diartikan menutup diri karena tidak mau diusik atau menyamarkan identitas. Umpan balik dari pelanggan justru diharapkan dan dinanti.

Hadirnya pandemi akan memunculkan banyak fenomena menarik lain yang tak terbayangkan. Maskergenik barulah satu dari kemungkinan lain, yang sebagian sudah terjadi.

Bersiaplah untuk menyambutnya, karena pandemi ini belum akan berakhir. Setidaknya disikapi dengan positif dan optimistis.

Franky Selamat
Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2021/06/10/100700626/ada-filosofi-kewirausahaan-di-balik-fenomena-maskergenik-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke