Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Turbulensi Industri Penerbangan Terus Berlanjut

Kondisi itu setidaknya tampak dari dua maskapai penguasa langit Indonesia, yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan Lion Air Group. Merujuk catatan Kontan.co.id, GIAA sepanjang kuartal pertama 2021 mencetak rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 384,35 juta dollar AS, membengkak dari periode yang sama tahun 2020 yang berjumlah 120,16 juta dollar AS.

Dari sisi total pendapatan, perolehan GIAA di tiga bulan pertama tahun 2021 hanya sebanyak 353,07 juta dollar AS. Perolehan ini anjlok 54,03 persen jika dibandingkan total pendapatan kuartal I 2020 yang sebesar 768,12 juta dollar AS.

Di tempat lain, Lion Air Group pun mengatur strategi untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Tetap beroperasi secara bertahap, Lion Air Group rata-rata mengoperasikan 10-15 persen dari kapasitas normal sebelum pandemi Covid-19 yakni rerata 1.400 penerbangan per hari.

Lion Air Group juga mengumumkan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan karyawan (status tidak Pemutusan Hubungan Kerja/PHK) menurut beban kerja (load) di unit masing-masing yaitu kurang lebih prosentase 25-35 persen karyawan dari 23.000 karyawan.

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja menyampaikan, pihaknya merasa prihatin dengan situasi maskapai di Indonesia saat ini. Selama pandemi covid-19 belum teratasi, industri penerbangan dan perusahaan maskapai masih akan tertekan.

Dia berharap, vaksinasi bisa diakselerasi sehingga kekebalan kelompok (herd immunity) bisa lebih cepat terbentuk. Dengan begitu, mobilitas masyarakat dan penggunaan transportasi udara bisa lekas pulih.

"INACA berharap penyelenggaraan vaksin bisa dilakukan lebih cepat dan dalam jumlah besar, karena vaksin diharapkan bisa menjadi solusi atas masalah kesehatan dan perekonomian. Kunci utama semua maskapai dan kegiatan ekonomi adalah penanganan pandemi," kata Denon saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/8/2021).

Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto mengamini, situasi industri penerbangan belum menujukkan tren pemulihan (recovery) pada tahun ini. Apalagi pandemi yang belum sepenuhnya terkendali membuat mobilitas manusia dan barang masih sangat terbatas.

International Air Transport Association (IATA) juga memproyeksikan pada 2021 global airlines masih akan membukukan kerugian. Oleh sebab itu, GIAA dan Lion Air Group pun menjalankan strategi yang juga diterapkan oleh banyak maskapai lainnya di dunia.

"Maka cost restructuring jadi langkah prioritas, terutama penyederhanaan jumlah pesawat, karena leasing cost sangat mahal. Penyederhanaan jumlah SDM juga jamak dikerjakan supaya overhead cost bisa ditekan," kata Toto.

Di sisi lain upaya diversifikasi pendapatan juga harus terus ditingkatkan, terutama dari bisnis angkutan kargo. Untuk utilisasi load factor penumpang, maka strategi promosi seperti menjual tiket secara diskon dan promosi lainnya perlu diperhatikan.

"Mudah2-mudahan juga captive market seperti penerbangan Umrah bisa dibuka kembali. Jadi dua maskapai ini bisa sedikit tarik nafas," pungkas Toto. (Ridwan Nanda Mulyana | Handoyo)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Pandemi belum terkendali, turbulensi di industri penerbangan berlanjut di tahun ini

https://money.kompas.com/read/2021/08/02/110417726/turbulensi-industri-penerbangan-terus-berlanjut

Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke