Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Peluang Investasi di Pasar Obligasi dan Saham Setelah The Fed Tapering

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendekati penghujung tahun 2021, pasar mulai mengkaji ekspektasi pertumbuhan yang wajar di 2022 secara lebih tepat.

Terlebih pasar sudah mengantisipasi sentimen-sentimen yang berpotensi membuat pasar finansial lebih volatil.

Lalu, bagaimana dengan peluang investasi di pasar obligasi dan saham pasca Fed Tapering?

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan, salah satu yang yang dicermati pasar saat ini adalah kondisi setelah penerapan kebijakan Fed tapering pada November tahun ini.

“Fokus pasar di November ini masih mengacu pada penerapan Fed tapering. Mengantisipasi ekspektasi peningkatan inflasi, pasar finansial mulai menyesuaikan ekspektasi peningkatan frekuensi kenaikan Fed Rate di 2022,” kata Dimas dalam siaran pers, Kamis (11/11/2021).

Dia bilang, pasar obligasi kini lebih siap dalam menghadapi tren perubahan sentimen global.

Faktor kepemilikan asing yang jauh lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya, dinamika pasokan obligasi yang lebih baik, dan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia yang menarik, diharapkan dapat meredam dampak kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat di 2022.

“Fundamental makro yang lebih baik dan stabilitas eksternal yang terus diperkuat diharapkan dapat menjaga volatilitas pasar obligasi Indonesia. Semantara di pasar saham, aliran dana asing masuk pasar saham semakin kuat bahkan menjelang pengetatan moneter The Fed,” jelas dia.

Dimas menjelaskan, minat terhadap saham dengan kapitalisasi besar mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini didukung oleh membaiknya situasi pandemi dalam negeri.

Sementara itu, saham ekonomi digital menawarkan prospek jangka panjang yang menarik didukung tren struktural industri yang mengarah ke digital dan potensi inklusi pada indeks saham global.

Dibanding dengan inflasi di Amerika Serikat (AS), tekanan inflasi di Asia saat ini juga relatif lebih terjaga, dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas ekonomi, intervensi pemerintah atas harga energi, dan juga pangan yang berkontribusi besar dalam keranjang inflasi.

Namun, sejauh ini The Fed memandang kenaikan inflasi bersifat sementara dan belum melihat potensi kenaikan suku bunga secara agresif.

“Di tengah kebijakan fiskal yang lebih ketat, outlook kebijakan moneter Asia diperkirakan tetap akomodatif dan menjadi salah satu faktor pendorong utama pemulihan ekonomi,” jelas Dimas.

Di sisi lain, keberhasilan penanganan pandemi dan tingkat vaksinasi yang beragam di tiap negara membuat pemulihan ekonomi global di 2021 tidak merata, tetapi peningkatan dan pemerataan vaksinasi secara global di 2022 diyakini akan menopang pertumbuhan global di 2022.

“Semakin banyak negara yang mengubah strategi penanganan pandemi dari dari 'zero covid' menjadi 'live with covid' mengurangi risiko restriksi ketat dan kondisi ini dapat mendukung konsistensi pertumbuhan global di 2022,” tambah dia.

Dimas menjelaskan, faktor-faktor tersebut menjadi peluang bagi investor untuk menambah portofolio investasinya di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham.

“Sekarang tinggal investor yang menentukan, akan memilih yang mana. Namun sebelum keputusan investasi dijatuhkan, pastikan untuk menyesuaikan terlebih dahulu dengan profil risiko masing-masing, agar tidak menyesal kemudian,” tegas Dimas.

https://money.kompas.com/read/2021/11/12/070218726/menilik-peluang-investasi-di-pasar-obligasi-dan-saham-setelah-the-fed-tapering

Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke