Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mewaspadai Volatilitas Aliran Modal Asing

Terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 990 miliar dan pasar saham sebesar Rp 1,5 triliun.

Sebaliknya dalam pekan keempat Juni (20-23 Juni 2022), BI juga mencatat aliran modal asing keluar, yaitu sebesar Rp 8,35 triliun.

Sebanyak Rp 5,25 triliun berupa surat berharga negara (SBN), sedangkan Rp 3,1 triliun merupakan surat berharga saham.

Aliran modal asing tersebut tampak bersumber dari kegiatan investasi dalam bentuk jual beli SBN dan surat berharga saham.

Investasi dalam SBN dan saham merupakan investasi portofolio dan masuk dalam kategori hot money yang mudah keluar dan masuk ke sebuah negara untuk mengambil keuntungan jangka pendek.

Bank Indonesia memprediksi, dengan kondisi global yang tidak menentu sekarang ini, ada peluang masuknya dana asing melalui investasi portofolio, tetapi tidak akan besar.

Sebelumnya pada akhir 2013, Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, M. Chatib Basri, pernah mewanti-wanti agar tidak terlena dengan dengan aliran masuk modal asing. Modal asing yang masuk ke Indonesia cepat atau lambat akan keluar lagi.

Beliau menegaskan masuk dan keluarnya modal asing pada suatu negara merupakan dampak kebijakan moneter yang dilakukan Bank Sentral AS.

Sebagaimana disebutkan di atas volatilitas aliran modal asing di Indonesia lebih banyak berasal dari transaksi jual beli SBN dan surat berharga saham.

Surat berharga jenis ini dikelola oleh investor yang cenderung berorientasi keuntungan jangka pendek.

Mereka akan mengamati, mempertimbangkan dan menilai beberapa variabel ekonomi makro guna memperoleh informasi tingkat pengembalian dan prospek pertumbuhannya ke depan.

Variabel-variabel tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi, suku bunga, inflasi dan nilai tukar.

Investor cenderung memindahkan dana investasinya dari negara dengan pertumbuhan ekonomi melemah, suku bunga menurun, inflasi meningkat dan nilai tukar terdepresiasi.

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kondisi kinerja sektor riil (perusahaan). Ketika pertumbuhan ekonomi melemah, berarti kinerja sektor riil juga jatuh.

Dalam kondisi seperti ini investor akan menjauh dari pasar saham karena harganya cenderung turun.

Penurunan suku bunga domestik juga cenderung mengakibatkan tingkat pengembalian rendah sehingga investor asing cenderung mengalihkan dana investasinya ke negara dengan suku bunga domestik tinggi.

Demikian juga untuk inflasi dan nilai tukar, investor cenderung menghindari negara yang tingkat inflasi dan nilai tukarnya lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian investasi portofolionnya.

Volatilitas aliran modal asing tersebut perlu diwaspadai karena secara konsep dapat mendorong terjadinya gangguan beberapa variabel ekonomi makro khususnya nilai tukar, inflasi dan cadangan devisa.

Pada periode di mana kondisi aliran modal asing masuk, nilai tukar cenderung mengalami apresiasi.

Apresiasi ini berdampak pada semakin murahnya produk asing sehingga konsumen meningkatkan permintaan produk tersebut lebih tinggi dibanding produk domestik.

Kondisi ini kemudian mengurangi tekanan di pasar barang dan pasar tenaga kerja domestik yang berujung pada rendahnya inflasi.

Sebaliknya ketika terjadi kondisi aliran modal asing keluar, nilai tukar cenderung terdepresiasi yang berdampak pada naiknya produk asing.

Akibatnya konsumen lebih memilih produk domestik dibanding produk asing tersebut.

Hal ini kemudian menekan pasar barang domestik dan selanjutnya berdampak pada kenaikan inflasi.

Aliran modal asing juga dapat memengaruhi cadangan devisa negara. Cadang devisa cenderung naik seiring dengan aliran masuk modal asing dan akan menipis ketika terjadi aliran keluar modal asing.

https://money.kompas.com/read/2022/06/29/144324326/mewaspadai-volatilitas-aliran-modal-asing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke