Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Abenomics ala Shinzo Abe, Paket Kebijakan Pendongkrak Ekonomi Jepang

Dikutip dari NHK, seorang pejabat Partai Demokrat Liberal Jepang (LDP) mengkonfirmasi, Abe yang ditembak ketika sedang menyampaikan pidatonya, meninggal di sebuah rumah sakit di Kota Kashihara, Prefektur Nara, di mana dia dirawat.

Abe merupakan tokoh politik ternama di Negeri Sakura. Pria kelahiran 21 September 1954 itu tercatat menjadi perdana menteri Jepang dengan masa bakti terlama sepanjang sejarah.

Selain dikenal dengan masa baktinya yang panjang, Abe juga dikenal oleh dunia sebagai seorang figur yang berhasil mengubah arah perekonomian Jepang. Hal tersebut dilakukan Abe melalui paket kebijakan ekonominya yang disebut Abenomics.

Abenomics

Dilansir dari situs resmi Pemerintah Jepang, Abenomics yang mulai diperkenalkan Abe pada 2012, merupakan paket kebijakan yang dibentuk untuk menggairahkan kembali perekonomian Jepang, yang pada saat itu dihadapi oleh pertumbuhan yang stagnan serta deflasi yang berlangsung bertahun-tahun.

Paket kebijakan Abenomics dinilai telah berhasil mendongkrak perekonomian negara di kawasan Asia Timur tersebut. Ini terefleksikan dari produk domestik bruto (PDB) Jepang yang tumbuh signifikan dari 4,65 triliun pada 2012, menjadi 5,09 triliun pada 2020.

Selain itu, tingkat pengangguran di Jepang juga merosot secara bertahap, di mana pada 2012 tingkat pengangguran mencapai 4,3 persen, dan pada 2020 tinggal menyisaan 2,4 persen. Nilai investasi nonresidential Jepang juga melesat dari 670 miliar dollar AS menjadi 820 miliar dollar AS pada 2020.

Capaian-capaian tersebut merupakan hasil positif dari penerapan Abenomics.

Paket kebijakan ini sendiri sebenarnya berfokus kepada tiga aspek utama, yakni pelonggaran moneter, peningkatan belanja pemerintah, dan reformasi struktural.

Pelonggaran moneter

Sekembalinya ke tampuk kekuasaan setelah mundur di periode pertama pada 2006-2007, Abe membuat kesepakatan dengan Bank of Japan, untuk menerapkan pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya pinjaman, memacu aktivitas bisnis dan konsumsi pribadi, serta mendorong inflasi hingga 2 persen untuk mengakhiri deflasi yang menghantui perekonomian Jepang sejak 1990-an.

Perekonomian Jepang secara bertahap kemudian pulih dan perlahan meningkat, tapi masih jauh dari harapan. Negara itu bahkan mengalami deflasi pada 2015-2016, dan diperparah dengan krisis akibat wabah virus corona tahun ini.


Belanja pemerintah yang melimpah

Guna melengkapi kebijakan moneter, Abe juga melakukan reformasi pada kebijakan fiskal. Abe memutuskan untuk memberikan stimulus kepada perekonomian, dengan cara meningkatkan anggaran belanja pemerintah.

Ratusan miliar dollar AS telah dihabiskan sejak 2013, terutama untuk modernisasi infrastruktur di seluruh negeri, beberapa di antaranya untuk Olimpiade Tokyo 2020.

Pada akhirnya, pengeluaran tersebut meningkatkan pendapatan dan investasi untuk bisnis, merangsang pasar keuangan dan real estate untuk membantu mendukung pertumbuhan negara selama beberapa tahun.

Reformasi struktural

Kedua poin di atas tak bisa bekerja tanpa poin ketiga Abenomics yakni reformasi struktural. Ini dilakukan guna menarik investasi sektor swasta.

Sasaran utamanya adalah pasar tenaga kerja Jepang, yang dicirikan oleh model pasca-perang di mana para pekerja bisa mendapat pekerjaan seumur hidup dan keuntungan ekstensif dalam pekerjaan, di salah satu perusahaan besar negara.


Abenomics tidak selalu berjalan mulus

Rangkaian kebijakan tersebut berhasil mendongkrak perekonomian Jepang. PDB meningkat, tingkat pengangguran menurun, dan nilai realisasi investasi terus tumbuh.

Akan tetapi ekonomi Jepang masih saja beberapa kali tergelincir. PDB Jepang sempat mengalami kontraksi pada 2014-2015 sebelum pulih, dan jatuh ke jurang resesi lagi pada 2020 bahkan sebelum virus Corona melanda.

Dengan banyaknya lansia yang lebih cenderung menabung daripada menghabiskan, tingkat konsumsi di Jepang tetap rendah. Ini kemudian berdampak terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi Jepang.

Kemudian dengan virus Corona yang menyebabkan lumpuhnya perekonomian dan memaksa penundaan Olimpiade serta penurunan jumlah turis, pemerintah mengeluarkan stimulus baru yang lebih besar.

Akan tetapi potensi pertumbuhan ekonomi Jepang menurun karena "pemerintah tidak memiliki visi pemulihan yang jelas dan inisiatif digital," kata Sayuri Shirai profesor di Fakultas Manajemen Kebijakan Universitas Keio dan mantan anggota dewan kebijakan Bank of Japan.

https://money.kompas.com/read/2022/07/09/100000926/abenomics-ala-shinzo-abe-paket-kebijakan-pendongkrak-ekonomi-jepang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke