Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Standard Chartered Dorong Kolaborasi Pendanaan untuk Dukung Transisi Net Zero di Negara Berkembang

JAKARTA, KOMPAS.com - Group CEO Standard Chartered Bank Bill Winters mendorong terciptanya kemitraan publik dan swasta dalam skala besar untuk menyalurkan dana guna membiayai proyek transisi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang.

Hal ini dia katakan ketika menjadi pembicara pada sesi B20-G20 round table bertemakan “Sustainable Finance for Climate Transition” yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan RI. Bill bergabung dengan sejumlah menteri keuangan dari berbagai negara, yakni Sri Mulyani Indrawati (Indonesia), Nirmala Sitharaman (India) dan Enoch Godongwana (Afrika Selatan), serta Andy Baukol, yang merupakan perwakilan Secretary of the Treasury for International Affairs, Amerika Serikat.

Dalam kegiatan tersebut para panelis membahas komitmen masing-masing negara untuk mempercepat transisi energi dan mencapai net-zero, serta peluang, tantangan dan reformasi
kebijakan yang diperlukan untuk memfasilitasi sebuah transisi yang adil.

"Sangat menggembirakan melihat bagaimana komitmen bangsa-bangsa di dunia menuju transisi yang adil. Hal ini mencerminkan upaya menyalurkan dana ke tangan orang-orang yang akan mampu menghasilkan dampak terbesar dan itu membutuhkan kemitraan publik swasta yang luar biasa besarnya untuk mencapai hal ini," ujar Bill dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/7/2022).

Bill menekankan pentingnya peran keuangan campuran atau blended finance untuk meningkatkan investasi.

Berdasarkan laporan “Just In Time” yang dikeluarkan Standard Chartered juga menunjukkan kesenjangan pendanaan di pasar negara berkembang yang sangat besar (95 triliun dollar AS).

Namun, terdapat juga peluang sebesart 83 triliun dollar AS untuk berinvestasi ke negara berkembang melalui transisi yang adil. Negara berkembang yang mendanai sendiri proses transisi energi akan merasakan dampak pada pendapatan masyarakatnya.

Tanpa adanya dukungan, kemiskinan di negara berkembang bisa meningkat sebesar 2 triliun dollar AS setiap tahunnya. Untuk itu negara-negara maju dianjurkan untuk membantu negara berkembang dalam hal pembiayaan yang dibutuhkan.

Menurut Bill, di sini lah perlunya sebuah kemitraan pembiayaan antara sektor publik dan swasta.

"Hal ini tidak hanya meningkatkan jumlah pendanaan sektor publik, tetapi juga mendapatkan efek katalitik yang jauh lebih tinggi melalui pembiayaan sektor swasta. Dunia perbankan dapat dan terus memainkan peran. Sebuah bank seperti Standard Chartered, yang hadir di 59 wilayah di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, pasti dapat dan akan terus memainkan peranan kunci," kata Bill.

Standard Chartered sendiri menargetkan mencapai net zero dalam kegiatan operasionalnya sendiri di 2025. 

Tahun lalu, Standard Chartered Indonesia berperan sebagai salah satu mitra pembiayaan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS) Cirata 145 MWac di Jawa Barat, Indonesia.

Ketika proyek ini selesai, pembangkit listrik tersebut akan menghasilkan energi listrik yang cukup untuk memberi daya pada 50.000 rumah dan mengeluarkan 214.000 ton CO2.

Pembangkit listrik tenaga surya terapung ini direncanakan menjadi yang terbesar di Asia
Tenggara, dan akan menjadi langkah maju bagi Indonesia untuk mencapai target bauran energi berkelanjutan sebesar 23 persen pada tahun 2025.

https://money.kompas.com/read/2022/07/18/214700126/standard-chartered-dorong-kolaborasi-pendanaan-untuk-dukung-transisi-net-zero

Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke