KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Salin Artikel

Menghadapi Krisis Berkepanjangan

MEMIMPIN suatu tim, organisasi, ataupun perusahaan dalam krisis, layaknya menjaga telur di ujung tanduk. Sebab, krisis selalu terdiri atas dua fase. Pertama, fase genting atau darurat yang membutuhkan pemimpin berkejaran dengan waktu untuk menstabilkan situasi. Kedua, fase adaptif, yakni situasi ketika penyebab krisis serta dampak-dampaknya perlu dikelola dan diatur agar dapat beradaptasi dengan situasi baru. Orang sering menyebut fase ini sebagai “the new normal”.

Namun, perlu diketahui bahwa fase adaptif bisa mengecoh. Karena kecemasan sudah berkurang, kita menjadi lengah. Padahal, sebenarnya kita harus tetap siaga terhadap kemungkinan krisis berikutnya. Para follower berharap, ada titik terang yang ditunjukkan oleh pemimpinnya. Padahal, pemimpin pun tidak bisa memberikan solusi yang jelas karena memang kondisi tersebut juga baru bagi mereka.

Pemimpin berusaha meyakinkan setiap individu untuk bersikap seadaptif mungkin dengan keadaan. Di sisi lain, banyak pemimpin berharap ada tips and trick jitu untuk menjadi adaptif. Padahal, yang harus berubah adalah mindset masing-masing individu di dalam tim. Twists and turns are the only certainty. Hal ini tak jarang membuat pemimpin merasa kecewa dan kelelahan. Namun, justru di sinilah pentingnya peran pemimpin.

Tiarap atau tekan “tombol reset”?

Ada reaksi yang umum ditunjukkan pemimpin dalam menghadapi krisis. Banyak pemimpin yang memutuskan untuk menidurkan operasi perusahaan. Biasanya, pemimpin yang melakukan ini berpikir bahwa krisis yang terjadi bersifat sementara dan situasi akan kembali normal setelahnya. Mereka akan segera memperketat kontrol, memotong biaya, ataupun melakukan restrukturisasi organisasi agar lebih efisien.

Dalam benak pemimpin yang melakukan hal tersebut, pengurangan beban akan mengurangi stres, frustrasi, dan ketakutan. Mereka berfokus untuk mengamankan hal-hal yang bisa diselamatkan selagi badai mengamuk. Pengembangan yang membutuhkan investasi akan ditunda terlebih dulu sampai keadaan aman.

Reaksi itu sangat bisa dipahami karena secara alamiah kita memang cenderung melakukan tindakan protektif ketika ancaman datang, sambil berharap matahari akan cerah kembali. Namun, realitas yang terjadi, kestabilan seperti masa lalu ternyata tidak kunjung kembali. Sebaliknya, perubahan bergerak seperti tanpa kendali.

Hasil penelitian mengatakan bahwa hanya 20 persen pasien pasca-serangan jantung yang berhenti merokok, mengubah cara makan, dan berolahraga. Artinya, setelah krisis, kebanyakan orang tetap mempertahankan kebiasaan lamanya. Mengapa hal ini terjadi? Mereka lupa pada kecemasan ketika menghadapi krisis.

Individu dengan adaptive leadership tidak akan membuat kesalahan seperti itu. Orang yang adaptif tidak akan tiarap terus-menerus. Sebaliknya, mereka langsung bangun, sambil berupaya menemukan kesempatan yang bisa diraih saat itu. Mereka seolah-olah menekan tombol reset pada alat elektronik yang membuat sistem dengan sendirinya memperbaiki diri.

Turbulensi yang dialami dianggap sebagai momentum untuk meninggalkan masa lalu dan bersiap menghadapi masa depan. Dalam proses adaptasinya, mereka mengubah rule of the games, membenahi bagian-bagian organisasi yang terasa usang, dan melakukan definisi ulang cara kerja.

Frustrasi akan tetap ada, terutama pada individu yang terdampak perubahan drastis. Mereka harus berkembang, mengembangkan kompetensi baru, dan menyesuaikan diri. Di sinilah dibutuhkan empati pemimpin terhadap anggota tim yang memang mengalami guncangan. Dalam konteks ini, leadership is an improvisational and experimental art.

Sekarang, eksekutif selalu mempunyai tuntutan ganda. Mereka harus mengeksekusi operasi untuk memenuhi tuntutan saat ini, sambil mengembangkan praktik-praktik menyambut tuntutan masa depan.

Contohnya, perusahaan retail Best Buy di Amerika Serikat. Mereka melakukan riset dan menyadari bahwa ternyata pelanggannya tidak selalu bapak-bapak yang berbelanja perkakas saja.

Mereka kemudian menggeser fokus menjadi perusahaan yang menyediakan kebutuhan rumah tangga. Dengan display yang nyaman dan cantik, serta servis yang lebih ramah dan informatif, ibu-ibu pun menjadi pelanggan baru Best Buy.

Merangkul disequilibrium

Dalam keadaan disequilibrium, menyeimbangkan organisasi adalah pekerjaan yang rumit. Kita seolah tidak pernah boleh lepas dari termostat. Suhu yang terlalu dingin membuat orang merasa terlalu nyaman dan enggan bergerak. Sebaliknya, bila terlalu panas, orang akan merasa resah.

Dalam keadaan turbulensi seperti ini, konflik rentan terjadi. Dalam situasi ini, pemimpin perlu melakukan penyeimbangan tanpa melibatkan emosi dirinya. Dia perlu bertindak politis sekaligus analitis. Ia juga perlu membangun komunikasi yang bernada pemberani dengan satu tujuan yang gamblang.

Merawat diri sendiri

Untuk menjadi manusia yang adaptif, kita tidak hanya perlu menyeimbangkan tekanan di dalam dan luar organisasi. Kita juga perlu mengontrol pikiran dan emosi. Batas kesabaran, kekuatan fisik, ataupun mental kita teruji di sini. Kita tidak boleh lupa memikirkan diri sendiri, apalagi sampai mengorbankan diri sendiri.

Pekerjaan memang penting, tetapi tidak boleh sampai merusak keseimbangan hidup kita sendiri. Melalui pekerjaan ini, kita juga perlu mengembangkan hubungan dengan anggota tim dan lingkungan sosial yang lebih besar.

Dengan bersikap jujur secara emosional, kita juga dapat mengalibrasi perasaan anggota tim sehingga sambung rasa pun mulai terbangun. Selain dengan anggota tim, kita perlu menjaga hubungan dengan beberapa orang di luar lingkaran pekerjaan yang dapat membantu untuk memahami situasi dari perspektif yang berbeda.

Terakhir, tetapi bisa jadi yang paling penting, kita perlu terus mengembangkan sikap optimistis. Meski demikian, kita tetap harus realistis.

Luangkan waktu untuk merefleksikan pengalaman dan bagaimana reaksi kita selama ini terhadap pengalaman tersebut. Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai diri kita dan membuat kita merasa bangga? Atau, kita harus lebih memperbaiki cara bereaksi dan bersikap dalam situasi-situasi krisis? Sebab, seperti kata pepatah China, in every crisis lies the seed of opportunity.

https://money.kompas.com/read/2022/10/22/132557426/menghadapi-krisis-berkepanjangan

Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Bagikan artikel ini melalui
Oke