Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Minyakita Langka, Kok Bisa?

Padahal, minyakita yang diluncurkan pada 6 Juli 2022 lalu bertujuan untuk mengatasi harga minyak goreng yang sempat naik drastis hingga Rp 25.000 per liter.  Pemerintah pun menetapkan harganya dengan Harga Eceren Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.

Namun hingga saat ini harga Minyakita justru melebihi HET. Di Pasar Palmerah misalnya, harga Minyakita dibanderol mulai dari Rp 14.500 hingga Rp15.000 per liter.

Untuk mengatasi kelangkaan sekaligus tingginya harga Minyakita, pemerintah pun melakukan berbagai upaya hingga Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun turun tangan.

Teranyar, pemerintah pun membatasi pembelian minyak goreng tersebut menjadi 2 liter per orang.

Namun sebenarnya apa yang menyebabkan Minyakita langka?

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebutkan, kelangkaan minyak goreng murah ini karena banyaknya masyarakat yang beralih ke Minyakita. Hal ini pun mendorong kenaikan harganya hingga di atas HET.

Sempat disebut-sebut penimbunan, menyusul temuan Mendag Zulhas saat menyidak gudang PT BKP sebanyak 500 ton Minyakita, namun Satgas Pangan membantah hal tersebut.

"Enggak (penimbunan). Belum disalurkan saja. Kan mereka kan ada waktunya untuk menyalurkan itu," ujarnya saat ditemui di Hypermart Puri, Rabu (8/2/2023).

Menurut dia, PT BKP akan mempercepat penyaluran 500 ton stok Minyakita itu di sejumlah pasar tradisional di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur sesuai perintah Menteri Perdagangan.

Di sisi lain, Menkomarves Luhut Pandjaitan sudah menegaskan bakal menindak tegas oknum yang berani menimbun MinyaKita.

"Satgas Pangan akan bertindak itu adalah perintah kita dan nanti kalau ada yang bermain-main kita akan tutup," tegas Luhut.

Berikut ini beberapa penyebab kelangkaan Minyakita dan harganya naik berdasarkan catatan Kompas.com.

1. Masyarakat banyak yang beralih ke Minyakita

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menerangkan, kelangkaan Minyakita di pasaran bukan karena stok yang menipis. Menurutnya, kelangkaan muncul karena masyarakat mulai beralih dari minyak goreng premium menjadi MinyaKita.

Ia menilai, beralihnya masyarakat tersebut lantaran kualitas Minyakita tak berbeda jauh dengan kualitas premium.

"Semua orang beli itu ya jadi habis. Nanti kalau semua yang beli premium jadi beli ini, ya enggak akan cukup juga. Karena udah bagus semua mau beli MinyaKita, dijualnya di retail modern, online padahal kan ini untuk pasar-pasar," ujar Zulkifli.

2. Produsen tidak produksi

Penyebab mahalnya Minyakita juga diungkapkan oleh Plt Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga. Dia mengatakan, salah satu alasan penyebab langkanya MinyaKita karena produsen sawit sengaja tidak memproduksinya.

Ia menilai, produksi tidak dilakukan karena keuntungan MinyaKita dinilai terlalu minim. Apalagi, saat ini ekspor sawit tengah lesu-lesunya, sehingga produsen tak bisa menutup kerugian. "Saya menduga mereka tidak memproduksi Minyakita ini karena tidak ada cuannya. Ekspor juga apa? Enggak ada untuk menutup kerugian mereka, tidak ada dari ekspor. Ya, karena di ekspor pun sudah dipotong 142 dollar AS," ujar Sahat.

Lebih lanjut Sahat mengatakan, produsen Minyakita tak mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Akibatnya, mau tak mau harus menutup kerugian dengan penghasilan ekspor.

3. Minimnya Pasokan DMO

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, salah satu penyebab mahalnya harga minyak goreng rakyat adalah karena berkurangnya pasokan kewajiban pasar domestik (Domestic Market Obligation (DMO) terutama dari pasokan Minyakita.

Temuan ini telah disampaikannya kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat Rapat Koordinator mengenai kelangkaan Minyakita pada Senin (6/2/2023).

"Saya mohon kepada Kemendag untuk memastikan peningkatan pasokan DMO oleh produsen minyak goreng sebanyak 50 persen hingga Lebaran nanti (bulan April). Alokasi per perusahaan ditentukan berdasarkan rata-rata kinerja ekspor perusahaan selama Oktober-Desember 2022 secara proporsional dan kepatuhan masing-masing perusahaan terhadap pemenuhan DMO," ungkap Menko Luhut dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Faktor penyebab melambungnya harga Minyakita juga terjadi karena adanya masalah pada proses distribusi, baik dari indikasi masih adanya stok yang menumpuk maupun pelanggaran terhadap penetapan harga eceran tertinggi (HET) di lapangan.

"Untuk itu, saya menggelar rakor hari ini (Senin) bersama K/L (kementerian, lembaga) terkait dengan para produsen minyak goreng. Kami menyepakati peningkatan pasokan DMO oleh produsen minyak goreng sebanyak 50 persen hingga memasuki masa Lebaran nanti," jelas Luhut.

Pemerintah, lanjut Luhut, juga memutuskan untuk mendepositokan sebagian hak ekspor yang dimiliki eksportir saat ini

"Jadi eksportir tetap dapat menggunakan hak ekspor tersebut nanti setelah situasi kembali mereda. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga pasokan dalam negeri dan menjamin harga tetap stabil. Bagi para pengusaha, pemerintah juga akan meningkatkan insentif ekspor penggali minyak kita agar pasokan minyak kita tetap terjaga," ujarnya.

5. Jumlah Produksi Sedikit

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) juga buka suara ihwal penyebab langkanya Minyakita.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, penyebab kelangkaan MinyaKita yang terjadi saat ini lantaran jumlah produksi MinyaKita yang memang tidak banyak jumlahnya. "Stok produksinya aja yang memang dikit. Makanya kita berharap dengan adanya peningkatan produksi MinyaKita yang dari 300.000 ton sebulan menjadi 450.000 ton dapat mengatasi kelangkaan di pasar," kata Ketua Roy N Mandey.

Hal ini dia tegaskan sekaligus membantah pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) yang menyebut kelangkaan Minyakita di pasaran lantaran banyak dijual di ritel.

Roy N Mandey menjelaskan, ketika Minyakita disalurkan ke ritel, pihaknya hanya menyerap 5 persen saja dari total keseluruhan minyak goreng yang dijual di ritel modern.

Hal ini pun menurut dia, tidak berlogika jika ritel disebut penyebab kelangkaan minyak curah milik Kementerian Perdagangan itu.

"Bagaimana mungkin dibilang habis karena dijual di ritel, sementara kita cuma serap MinyaKita 2 persen-3 persen dari minyak goreng yang kita jual," kata Roy kepada Kompas.com ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (8/2/2023)

Lebih lanjut Roy mengatakan berdasarkan persentase penjualan, 85 persen konsumen di ritel masih membeli minyak goreng kualitas premium, bukan MinyaKita. "Jadi kalau MinyaKita tersedia atau tidak peminatnya juga tidak maksimal," papar Roy.

https://money.kompas.com/read/2023/02/11/103100726/minyakita-langka-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke