Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengunjung E-commerce Menyusut, gara-gara Konsumen Tahan Belanja atau Efek Inflasi?

Dilansir dari laman SimiliarWeb, lima besar platform e-commerce di Indonesia seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak menunjukkan gejala penurunan kunjungan yang sama.

Menanggapi hal tersebut, Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) menjelaskan, sejak September 2022 memang terjadi perlambatan pada nilai transaksi yang terjadi di ecommerce.

Namun demikian, ia tidak yakin hal tersebut juga berpengaruh pada penurunan kunjungan masyarakat ke platform ecommerce.

Bank Indonesia sebelumnya melaporkan, nilai transaksi ecommerce sepanjang tahun 2022 adalah sebesar Rp 476,3 triliun dengan volume transaksi sebanyak 3.486 juta transaksi.

Namun nyatanya, realisasi ini masih di bawah target tahun 2022 yang sebesar Rp 498 triliun.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga menjelaskan, sejak September hingga Desember 2022 memang terjadi penurunan nilai transaksi di ecommerce.

Penurunan ini sedikit banyak dipengaruhi tingginya inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Melambungnya harga BBM ini sangat berpengaruh terhadap biaya logistik yang menjadi salah satu sendi dari bisnis ecommerce.

"Transaksi memang turun karena inflasi, tapi jumlah kunjungannya tidak, tetap tumbuh," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (30/3/2023).

Bima menjabarkan, di akhir tahun 2022, bisnis ecommerce sebetulnya tetap tumbuh. Hanya saja, pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan dengan pesatnya bisnis industri ini di tahun 2020-2021.

Lebih lanjut, Bima memprediksi, di awal tahun ini konsumen ecommerce masih menahan pembelanjaan lantaran masih ada tekanan dari ekonomi dan ketidakpastian global.

"(Konsumen) masih melihat situasi global sampai mana, tapi nanti waktu Ramadhan baru akan tumbuh lagi," imbuh dia.

Tren Social Commerce

Ramadhan 2023 yang jatuh pada kuartal pertama 2023 ini ternyata berdampak juga pada konsumen yang menahan belanja dan mempertimbangkan kondisi ekonomi setahun ke depan.

Di sisi lain, Bima tidak menampik adanya kemungkinan penurunan kunjungan ke e-commerce dipengaruhi oleh tren social commerce atau tren belanja melalui platform media sosial.

"Jumlah kunjungan dan nilai transaksi tidak berjalan lurus. Bisa saja masyarakat ke social commerce untuk lihat-lihat karena ada fitur live selling yang menarik," ungkap dia.

Namun begitu, ia bilang, platform ecommerce dengan sistemnya lebih aman untuk pembeli dan penjual bertransaksi dibandingkan dengan social commerce.

Seperti telah diberitakan, pada 2022 mulai terjadi tren social commerce. Masyarakat melakukan belanja online melalui platform media sosial yang menyediakan fitur belanja seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Tiktok.


Menanggapi turunnya pengunjung ecommerce, Head of Corporate Affairs Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, menjelang Ramadhan 2023 atau pada 26 Februari-14 Maret 2023, Tokopedia justru mencatat jumlah kunjungan pada halaman produk meningkat 1,5 kali lipat.

Menurut dia, masyarakat tentunya memiliki preferensi masing-masing dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan.

"Kami tidak dapat berkomentar atas data yang dihasilkan oleh entitas lain, Tokopedia terus bertransformasi untuk mendorong bisnis yang konsisten dan berkelanjutan," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (30/3/2023).

Ekhel memaparkan, di Tokopedia kategori makanan dan minuman, fesyen, otomotif, rumah tangga, dan kesehatan menjadi sejumlah kategori paling dicari masyarakat.

Sementara, produk bumbu dan bahan masakan, makanan ringan, obat-obatan, aksesori motor, dan perlengkapan kebersihan menjadi beberapa produk terlaris di Tokopedia.

Khusus Ramadhan 2023, produk makanan seperti kurna , madu, dan sirup mengalami peningkatan sebesar 3 kali lipat.

"Terdapat peningkatan penjualan rata-rata hampir 4x lipat untuk daging sapi dan bawang di momen jelang Ramadhan 2023," terang dia.

Meskipun demikian, data dari laman SimiliarWeb menunjukkan kenyataan yang berbeda.

Dilansir pada Rabu (29/3/2023), SimiliarWeb menunjukkan penurunan pengunjung bulanan e-commerce di Indonesia. Berikut ini adalah rincian penurunan jumlah pengunjung yang dialami oleh e-commerce di Indonesia.

1. Shopee

E-commerce asal Singapura Shopee pada Februari 2023 dikunjungi 143,6 juta pengunjung. Jumlah tersebut turun 16 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 171,3 juta kunjungan.

Ditarik ke belakang, jumlah kunjungan merosot turun 25 persen dibandingkan Desember 2022 yang mencapai 191,6 juta. Dengan begitu, Shopee mengalami penurunan jumlah penurunan dua bulan berturut-turut.

2. Tokopedia

Bukan hanya Shopee, e-commerce lokal Indonesia seperti Tokopedia menunjukan penurunan pengunjung sejak Desember 2022.

Pada Februari 2023, Tokopedia disebut mencetak jumlah kunjungan sebanyak 108,1 juta kali. Angka tersebut turun 15,60 persen secara bulanan dari 128,1 juta kunjungan di Januari 2023.

Padahal, pada akhir 2022 Tokopedia telah dikunjungi sebanyak 136,7 juta kali.

3. Lazada

Nasib serupa dialami Lazada, jumlah pengunjung e-commerce ini pada Februari ada sebanyak 74,2 juta. Angka tersebut turun 18,69 persen secara bulanan dibandingkan jumlah kunjungan bulan sebelumnya sebanyak 74,2 juta.

Padahal, jumlah kunjungan di bulan Januari sempat menunjukan kenaikan tren pengunjung sebanyak 91,2 juta. Pengunjung di bulan Januari tumbuh 9,61 persen secara bulanan dibandingkan kunjungan Desember 2022 sebanyak 83,2 juta.

https://money.kompas.com/read/2023/03/31/070000126/pengunjung-e-commerce-menyusut-gara-gara-konsumen-tahan-belanja-atau-efek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke