Hal ini disampaikan oleh Wapres dalam acara Peresmian Pencatatan Perdana Efek Beragun Aset Syariah di Bursa Main Hall Bursa Efek Indonesia, Senin (19/6/2023).
“Rendahnya inklusi keuangan syariah nasional yang baru 12,12 persen tertinggal jauh dari industri keuangan konvensional sebesar 85,1 persen,” kata Ma’ruf.
“Tantangan selanjutnya adalah tantangan literasi syariah yaitu 9,14 persen di 2022 di bawah indeks literasi keuangan secara keseluruhan 49,68 persen,” lanjut Ma’ruf.
Ma’ruf mengungkapkan, literasi menjadi faktor penting dalam memastikan berhasilnya produk keuangan syariah. Untuk mengejar ketertinggalan literasi, dia meminta semua pihak bekerja sama agar dapat tereduksi dalam keuangan syariah.
“Bisnis keuangan merupakan bisnis kepercayaan yang sangat vital terhadap ekonomi. Seluruh pihak yang terlibat dituntut agar memiliki standar dalam pengelolaan sektor keuangan, fraud, dan kecurangan,” lanjut dia.
Ma’ruf mengimbau untuk mendorong literasi keuangan syariah, perlu adanya ragam penyediaan produk keuangan syariah. Di sisi lain, peran banyak pihak sangat diperlukan untuk memastikan semakin teredukasinya masyarakat akan sistem keuangan syariah.
“Produk keuangan syariah sepatutnya diikuti, upaya mengejar literasi dan saya minta agar semua pihak bekerja sama memastikan masyarakat semakin teredukasi,” jelasnya.
https://money.kompas.com/read/2023/06/19/134421626/wapres-literasi-keuangan-syariah-masih-rendah