NUSA DUA, KOMPAS.com - Pemanfaatan bioavtur yang merupakan sustainable aviation fuel (SAF) berpotensi mengerek harga tiket pesawat pada beberapa tahun ke depan. Hal ini seiring dengan akan meningkatnya biaya produksi bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan itu.
GM Green Energy Apical Group Aika Yuri Winata mengatakan, pemanfaatan bioavtur bisa menjadi salah satu solusi dalam dekarbonisasi industri penerbangan. Pasalnya, SAF disebut menghasilkan emisi karbon 90 persen lebih rendah dari avtur.
"SAF muncul sebagai alternatif yang paling menjanjikan dan layak untuk bahan bakar pesawat konvensional," ujar dia, dalam 19th IPOC, di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/11/2023).
Namun demikian, transisi pemanfaatan bahan bakar menuju SAF diakui tidak mudah. Aika menyebutkan, salah satu tantangan yang akan dihadapi dari pemanfaatan SAF ialah biaya produksi tinggi dan pasokan terbatas, karena pembatasan pada beberapa jenis biomassa.
Menurutnya, biaya tambahan dari adopsi SAF diperkirakan mencapai miliaran dollar AS bagi para produsen bahan bakar. Hal ini kemudian akan berimbas terhadap harga tiket pesawat.
"(Kenaikan biaya produksi) mengakibatkan kenaikan sebesar 3 dollar AS hingga 14 dollar AS pada tiket rata-rata pada tahun 2030 dan 13 dollar AS hingga 38 dollar AS pada tahun 2050 untuk perjalanan udara yang lebih berkelanjutan," tutur dia.
Oleh karenanya, Aika menekankan pentingnya intervensi kebijakan, termasuk mandat dan skema insentif, hingga implementasi pembiayaan berkelanjutan untuk mengakselerasi pengembangan SAF. Sebab, permintaan terhadap bahan bakar campuran biomassa itu akan terus meningkat ke depan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priadi menyebutkan, pemerintah memang berencana untuk meningkatkan pemanfaatan bioavtur. Pemerintah menargetkan, penggunaan bioavtur mencapai 5 persen pada 2025.
Kerja sama pengembangan bioavtur sudah dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan PT Pertamina (Persero), di mana tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2.4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat. Adapun tes pertama telah dilakukan dengan CN-235-220 FTB dan dinilai berhasil.
"Kementerian ESDM berkomitmen untuk terus mendorong produksi dan penggunaan biovatur dalam industri aviasi," ucapnya.
https://money.kompas.com/read/2023/11/03/092000226/harga-tiket-pesawat-berpotensi-naik-akibat-penggunaan-bioavtur