Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menimbang Usulan Penghapusan TBA Tiket Pesawat dari Kacamata Bos Maskapai

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, penghapusan TBA ini akan membuat maskapai lebih leluasa menetapkan harga tiket. Namun bukan berarti maskapai akan menggunakan kesempatan ini untuk meraup untung sebesar-besarnya.

Justru dia bilang, masyarakat menjadi memiliki lebih banyak pilihan dalam menggunakan moda transportasi publik lantaran harga tiketnya akan lebih bervariasi.

"Saya tidak ingin bahwa kemudian dikesankan kita mencari untung, tapi biarkan pasar yang memilih. Yang penting buat kita adalah publik. Masyarakat dapat pilihan kan, pilihan itu antara maskapai mau naik Garuda, naik Citilink, atau yang lain monggo," ujarnya di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (2/10/2023).

Masyarakat juga bebas memilih moda transportasi lain jika merasa harga tiket pesawat mahal dan tidak sesuai dengan kemampuannya.

Menurut dia, kenaikan harga tiket pesawat tidak akan berdampak besar terhadap masyarakat Indonesia. Pasalnya, pengguna angkutan udara di Indonesia hanya sekitar 5 juta orang dari 273 juta penduduk Indonesia

Di sisi lain, maskapai tentu tidak akan mematok harga tiket pesawat setinggi mungkin karena maskapai tidak ingin penumpangnya memilih maskapai atau moda transportasi lain.

"Bukan tidak apa-apa (masyarakat beralih dari pesawat), kita harus kasih masyrakat pilihan. Maskapai juga harus tahu diri kalau ternyata kemahalan terus enggak ada yang mau naik, mungkin terlalu mahal," ucapnya.

Kendati demikian, dia mengakui, dengan adanya penghapusan TBA ini akan berpotensi membuat pergeseran penggunaan pesawat ke moda transportasi lain. Namun dia yakin pesawat memiliki keunggulan dari sisi kecapatan dibandingkan moda transportasi laut maupun darat.

"Saya yakin akan ada pergerakan memang. tapi pesawat harus menawarkan sesuatu yang berbeda, salah satunya kecepatan," tukasnya.

Pada kesempatan yang sama, CEO Citilink Indonesia Dewa Kadek Rai berharap usulan penghapusan TBA tersebut dapat direalisasikan oleh pemerintah sehingga besaran harga tiket pesawat diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar. Namun dia memastikan, penghapusan TBA ini tidak membuat maskapai semena-mena mematok harga tiket pesawat tinggi.

"Kami sih mengharapkan itu (terealisasi). Mekanisme pasar tidak berarti kita akan menaikan harga tiket itu semena-mena, enggak sih," ujar Kadek Rai pada kesempatan yang sama.

Justru dengan dilepasnya harga tiket pesawat ke mekanisme pasar, hal ini bisa membuat harga tiket pesawat lebih kompetitif. Pasalnya, besaran harga tiket yang sesuai mekanisme pasar ini akan mengikuti permintaan dan penawaran penumpang.

"Mekanisme pasar tetap harus ada supply and demand. Kalau supplynya berlebih tentunya kita pasti akan menyesuaikan harganya karena begitu suplai berlebih pasti harga itu akan bersaing kan," tambahnya.

Yang penting, kata dia, pemerintah tetap mengatur tarif batas bawah (TBB) tiket pesawat agar meski harga tiket bersaing, maskapai tetap bisa memenuhi biaya dasar atau basic safety cost.

"Kalau harga di bawah (TBB) itu yang menjadi bahaya karena tidak mengcover basic safety cost kita," kata dia.

Sebelumnya, INACA mengusulkan agar pemerintah menghapus ketentuan TBA tiket pesawat dan menyerahkan harga tiket pesawat sesuai mekanisme pasar.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja usai Rapat Umum Anggota INACA di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (2/11/2023).

Denon menyebut, dengan dihapusnya TBA tiket pesawat ini, maka maskapai akan lebih fleksibel menyesuaikan harga tiket pesawat.

Mengingat biaya operasional penerbangan saat ini tengah melambung tinggi akibat kenaikan harga avtur dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Dia menegaskan, usulan peniadaan TBA tiket pesawat ini bukan serta-merta karena maskapai ingin menarik keuntungan lebih banyak dengan menerapkan harga tiket mahal.

Justru, kata dia, peniadaan TBA ini diusulkan agar maskapai bisa mengurangi kerugian akibat biaya operasional yang membengkak.

"Kita sudah beberapa kali ada penyesuaian tarif surcharge ya terkait dengan naiknya harga avtur. Ditambah lagi sekarang nilai tukar mata uang rupiah melemah. Jadi saya pikir wajar kalau memang kita minta dibuka tarif batas atas sehingga ada fleksibilitas maskapai untuk bisa mengurangi kerugian. Jadi bukan menarik keuntungan lebih banyak," jelas Denon.

https://money.kompas.com/read/2023/11/03/191200026/menimbang-usulan-penghapusan-tba-tiket-pesawat-dari-kacamata-bos-maskapai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke