Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Transformasi Budaya Kopi Tiongkok

Pada 2022, Tiongkok mengimpor sekitar 108.000 ton biji kopi dari berbagai negara seperti Guatemala, Brasil, Etiopia, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Kolombia.

Di Tiongkok, negara yang memiliki tradisi minum teh yang telah berlangsung selama ribuan tahun, kini diperkaya dengan daya tarik aromatik kopi, meluas ke perkotaan, dan menggugah selera generasi mudanya.

Apakah bagi pemuda Tiongkok, secangkir teh telah tergantikan oleh secangkir kopi? Pertanyaan ini bukan pertanyaan retorik jika kita menjelajahi lebih luas fenomena dan fakta-fakta terkait budaya minum kopi di Tiongkok.

Seiring dengan angka urbanisasi yang meningkat, industri dan pasar kopi di Tiongkok juga semakin meningkat.

Menurut laporan China Urban Coffee Development 2023, skala industri kopi Tiongkok pada 2022 adalah 27,83 miliar dollar AS (sekitar 197,25 miliar Yuan).

Menurut data Statista, jumlah gerai kopi di Tiongkok pada 2023 berjumlah 132.830, naik 17.000 gerai dibandingkan tahun 2022.

Dari jumlah tersebut, 8.500 gerai berada di kota Shanghai, melampaui jumlah gerai kopi di New York, London, dan Tokyo.

Saat ini jenis gerai kopi di Tiongkok semakin bermacam-macam dan unik. Tidak hanya sebatas kafe, namun kreativitas dan inovasi telah menghasilkan “gerai kopi + toko buku”, “gerai kopi + toko bunga”, dan mungkin akan muncul “gerai kopi + usaha lainnya”.

Perkembangan masuknya kopi di Tiongkok tidak terlepas dari perekonomian Tiongkok mulai mengglobal pada 1980-an dan 1990-an.

Bersamaan dengan ini datanglah pengaruh barat yang kuat, tetapi perkembangan westernisasi ternyata tidak memengaruhi kecepatan orang Tiongkok mengadopsi budaya kopi dan kafe.

Saat itu membeli kopi di kafe dipandang hanya dilakukan oleh kalangan elite masyarakat. Namun saat ini orang yang lahir antara 1981 sampai 1996 merupakan seperempat dari populasi Tiongkok, sebagai kelas menengah yang membelanjakan serta memiliki selera terhadap budaya barat.

Generasi milenial ini adalah kekuatan pendorong konsumsi kopi di Tiongkok. Faktor lain yang juga berperan penting adalah anak muda yang telah kembali dari kuliah di luar negeri membawa kebiasaan minum kopi.

Saat ini kopi di Tiongkok semakin tidak terlihat sebagai minuman mewah, namun harga secangkir kopi di berbagai kafe di Tiongkok dapat lebih tinggi dibandingkan di negara-negara Eropa.

Gerai kopi di Tiongkok semula didominasi oleh waralaba barat, seperti Starbuck yang membuka gerai pertamanya di Beijing pada 1999.

Meskipun pada 2023 Starbuck memiliki lebih dari 6.500 gerai di Tiongkok, namun gerai waralaba Luckin Coffee yang berdiri pada 2017 ternyata telah memiliki lebih dari 10.000 gerai pada tahun yang sama.

Oleh karena itu, gerai lokal telah mendominasi pasar kopi di Tiongkok dengan lokalisasi sebagai kata kunci transformasinya.

Tren kopi dan kafe di Tiongkok terasa seperti “tren fashion” yang lebih eksperimental, yaitu mementingkan pengalaman.

Tentu konsumen juga mementingkan kualitas, terlihat pada menjamurnya kafe artisan kecil, namun rasa tambahan yang mengubah rasa asli kopi malah lebih populer.

Kini di setiap supermarket terlihat berbagai macam merek kopi instan, dari merek dalam negeri maupun merek impor. Selain dianggap praktis, bagi para pemuda Tiongkok, kopi instan sangat ramah di kantong.

Tekanan kerja yang semakin tinggi memengaruhi peningkatan konsumsi kopi, sebanyak 72 persen konsumsi kopi dilakukan oleh pekerja berusia di bawah 35 tahun.

Selain itu, peningkatan konsumsi juga terlihat pada meningkatnya jumlah pesan antar kopi, sebagaimana menurut data Meituan (aplikasi pesan antar) pada 2023, jumlah pesanan untuk kedai kopi telah meningkat lebih dari 340 persen dari tahun ke tahun.

Sedangkan menurut laporan Dianping (aplikasi pemberi review) pada 2022, penelusuran untuk “kopi ala Tiongkok” melonjak 4.713 persen dari tahun ke tahun.

Pengusaha lokal dalam kurang dari satu dekade telah mengejar ketertinggalan dari gerai waralaba barat.

Mereka benar-benar memahami kesukaan 335 juta anak muda Tiongkok, menawarkan variasi pengalaman kopi yang unik, serta menyesuaikannya dengan nuansa budaya Tiongkok.

Misalnya, gerai Manner Coffee menawarkan kopi nitro, kreasi kopi dingin yang dicampur dengan nitrogen atau karbondioksida untuk menghasilkan gelembung soda menjadi seperti kopi soda.

Luckin Coffee menawarkan Latte Jiangxiang, minuman kopi yang dicampur dengan arak Maotai.

Arak Maotai adalah arak putih yang paling terkenal dan mewah di Tiongkok. Pada hari pertamanya, Latte Jiangxiang terjual sebanyak 5,42 juta cangkir. Menyeruput Latte Jiangxiang berarti menyeruput kemewahan serta menambah eksistensi diri.

Kopi dicampur santan kini juga semakin populer, menggantikan susu sebagai campuran klasik.

Kopi dicampur teh seperti pada Latte Lanyun Tieguanyin, kopi dicampur jus jeruk, kopi dicampur anggur merah, dan kejutan lain akan selalu muncul.

Budaya kopi di Tiongkok telah bertransformasi, dari pengaruh globalisasi ke lokalisasi. Kopi telah memperkaya budaya Tiongkok, sebagai bagian dari gaya hidup dan tren pemuda Tiongkok.

Pengalaman minum kopi, kreativitas, dan inovasi memainkan peran penting dalam menarik pasar. Gerai kopi bukan hanya tempat untuk mendapatkan dosis kafein yang cepat, namun lebih sebagai pusat sosial.

Suasana, konektivitas Wi-Fi, dan desain interior yang estetis akan selalu diperhatikan. Dengan terus berkembangnya industri kopi di Tiongkok, akan menarik untuk melihat bagaimana tren ini akan memengaruhi sosial dan ekonomi pada tahun-tahun mendatang.

https://money.kompas.com/read/2023/12/01/155838326/transformasi-budaya-kopi-tiongkok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke