Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jepang Resesi, Ekspor Batu Bara, Karet, hingga Nikel dari RI Bisa "Terpukul"

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja ekspor Indonesia diyakini bisa terdampak besar usai Jepang resmi masuk jurang resesi. Lantaran, Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, kepada Kompas.com, Jumat (16/2/2024), merespons kondisi ekonomi Jepang terkini.

Jepang sendiri, kata Bhima, adalah negara mitra dagang utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan tingginya ekspor RI ke Jepang.

Pada Januari lalu, nilai ekspor Indonesia ke Negeri Sakura mencapai 1,46 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 22,78 triliun.

"Jadi situasi resesi yang ada di Jepang bisa berpengaruh cukup besar bagi kinerja ekspor Indonesia, karena Jepang adalah negara mitra dagang tradisional," ujar Bhima.

Masih dari data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Jepang sebenarnya telah turun signifikan pada Januari lalu. Tercatat nilai ekspor Indonesia ke Jepang ambles 22,73 persen secara tahunan dari nilai ekspor 1,89 miliar dollar AS atau setara Rp 29,49 triliun pada Januari 2023.

Komoditas ekspor RI yang bakal "terpukul"

Bhima memaparkan, sejumlah komoditas utama ekspor nasional yang bakal terdampak oleh resesi Jepang ialah batu bara, komponen elektrik, nikel, perhiasan, barang-barang dari kayu dan turunannya, karet, hingga perikanan.

"Ini daftar barang yang akan terdampak, karena nilainya sangat besar dan kondisi domestik di Jepang semakin diperburuk oleh demografi yang semakin besar usia non produk atau lansianya sehingga berpengaruh terhadap konsumsi," tutur Bhima.

Pemerintah harus cari mitra dagang baru

Lantas, apa yang harus dilakukan jika ekspor ke Jepang "terpukul"?

Bhima menilai, pemerintah perlu segera memutar otak, dengan mencari mitra dagang alternatif.

Dengan demikian, komoditas yang tidak terserap oleh Jepang dapat dialihkan ke negara lain.

"Tentu ini membutuhkan intelligence pasar untuk membaca peluang dan fasilitas pertemuan dengan calon buyer atau pembeli potensial di negara alternatif," ucapnya.

Pertanda resesi Jepang

Sebagai informasi, ekonomi Jepang masuk ke dalam resesi teknis. Data pemerintah Jepang menunjukkan, perekonomian Tokyo mengalami kontraksi tak terduga pada periode Oktober-Desember 2023.

Resesi teknis terjadi karena Jepang telah mencatat penurunan berturut-turut pada produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan yang kedua. Dengan begitu, Jepang dinyatakan terjerumus ke dalam resesi teknis.

Untuk diketahui, salah satu pertanda masuknya suatu negara ke dalam resesi ialah adanya penurunan aktivitas perekonomian, sehingga dari sisi permintaan pun melemah.

Hal ini yang kemudian akan membuat pelemahan ekonomi Jepang berdampak ke Indonesia.

(Tim Redaksi: Rully R. Ramli, Aprillia Ika)

https://money.kompas.com/read/2024/02/17/070000226/jepang-resesi-ekspor-batu-bara-karet-hingga-nikel-dari-ri-bisa-terpukul-

Terkini Lainnya

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Whats New
Harga Bahan Pokok Senin 20 Mei 2024, Harga Cabai Merah Keriting Turun

Harga Bahan Pokok Senin 20 Mei 2024, Harga Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Simak, Ini Cara Cek Lolos Tidaknya Seleksi Prakerja 2024

Simak, Ini Cara Cek Lolos Tidaknya Seleksi Prakerja 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke