Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot turun 1,18 persen menjadi sebesar 2.156,86 dollar AS per ons, meninggalkan rekor tertinggi yang sempat dicapai pada perdagangan Jumat lalu di level 2.194,99 dollar AS per ons.
Sementara, untuk harga emas berjangka Comex New York Exchange turun 01 persen ke level 2.166,1 dollar AS per ons.
Harga emas melemah usai laporan inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan yang melebihi perkiraan, meredupkan prospek bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga.
Indeks harga konsumen (IHK) AS pada Februari 2024 menunjukkan terjadi inflasi 0,4 persen secara bulanan, sedangkan secara tahunan terjadi inflasi 3,2 persen, di atas perkiraan yang sebesar 3,1 persen.
Menurut Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York, pelaku pasar emas masih akan mencari alasan untuk mendorong harga logam mulia lebih tinggi lagi.
Adapun pertemuan kebijakan bank sentral AS berikutnya akan diadakan pada 20 Maret 2024 mendatang.
Saat ini pasar memperkirakan peluang sebesar 70 persen untuk kemungkinan The Fed mulai melakukan kebijakan penurunan suku bunga pada Juni 2024, menurut alat CME FedWatch.
Untuk diketahui, kebijakan suku bunga The Fed memang sangat mempengaruhi pergerakan harga emas.
Ketika suku bunga naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.
Sebaliknya, ketika suku bunga menurun, maka imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas akan menjadi lebih menarik bagi investor.
https://money.kompas.com/read/2024/03/13/103000026/harga-emas-dunia-turun-dibayangi-data-inflasi-as-