ARII merupakan salah satu produsen batu bara di Indonesia yang memiliki lahan konsesi yang secara keseluruhan mencapai luas lebih dari 200.000 hektar.
Direktur Operasional Perseroan, William Saputra mengatakan, kegiatan eksplorasi maupun produksi batu bara dikoordinasikan melalui enam hub salah satunya adalah Hub Mutara.
Hub Mutara terdiri dari lima lahan konsesi dengan total luas melebihi 41K hektar yang terletak di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Hub ini telah memperoleh izin pembangunan jalan raya sepanjang 137 km yang akan menghubungkan Hub Mutara ke fasilitas Jetty Sriwijaya Bara Logistics (Jetty SBL) yang terletak di Sungai Lalang, Provinsi Sumatera Selatan.
Pengelolaan Hub Mutara ini dilakukan oleh entitas anak usaha Perseroan salah satunya GPU yang memiliki lahan 4.395 hektar.
“Dalam perjanjian kerja sama ini, RMKO akan mengoperasikan 1 unit CCP dengan kapasitas 650 tph, termasuk melaksanakan stockpile management,” kata William dalam siaran pers, Sabtu (23/3/2024).
“Selain itu, loading batu bara ke dumptruck, serta pengadaan alat berat, termasuk maintenance CCP dan semua fasilitas tambang pendukung lainnya,” tambah dia.
Fasilitas CCP ini akan dibangun dengan investasi yang berasal dari Rantai Mulia Kencana dengan nilai investasi sebesar Rp 36 miliar dan atas investasi tersebut GPU akan membayar secara bertahap sesuai dengan jumlah produksi batubara setiap bulannya, atau sebesar 200.000 MT batu bara per bulan selama 60 bulan.
Selain membayar investasi CCP, GPU juga akan membayar jasa pengoperasian dan maintenance yang diberikan oleh RMKO untuk menunjang kegiatan operasional pertambangan ARII melalui anak usahanya GPU setelah pembangunan CCP terealisasi.
William mmenyampaikan, kerja sama ini merupakan implementasi strategi Perseroan untuk berkolaborasi dengan tambang-tambang potensial di Sumatera Selatan.
ARII merupakan salah satu produsen batu bara ternama di Indonesia yang memiliki cadangan terbukti 229,8 juta MT batu bara. Hub Mutara merupakan wilayah IUP yang memiliki kontribusi terbesar kedua dari total cadangan ARII.
“Dengan potensi tersebut, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional kedua belah pihak,” ungkap William.
Dia mengatakan, perseroan menargetkan akan menyelesaikan pembangunan CPP pada semester kedua tahun ini sehingga kerja sama ini sudah dapat memberikan kontribusi pada kinerja keuangan RMKO.
Selain itu, kerja sama ini juga akan meningkatkan kinerja keuangan grup dengan kolaborasi bersama Rantai Mulia Kencana dan PT RMK Energy Tbk (RMKE).
“Kami akan melanjutkan kolaborasi seperti ini ke depannya dengan memberikan solusi logistik yang terintegrasi kepada produsen tambang di Sumatera Selatan,” tegas William.
Sebagai informasi, PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO) didirikan pada tahun 2017 yang semula dengan nama PT Rantai Mulia Kontraktorindo. Perusahaan berganti nama menjadi PT Royaltama Mulia Kontraktorindo pada tahun 2022.
Sebagai afiliasi PT RMK Energy Tbk (RMKE), RMKO merupakan perusahaan dengan spesialisasi bisnis jasa batu bara terintegrasi yang menyediakan jasa kontraktor pertambangan dan penyewaan alat berat.
Pada tahun 2020, Perseroan memulai pembangunan infrastruktur tambang in-house PT RMK Energy Tbk (RMKE), PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE), mengerjakan proyek jalan hauling sepanjang 39 kilometer pada tahun 2021.
RMKO mulai menjadi kontraktor pertambangan di IUP TBBE dan pelaksana kegiatan muat batu bara kereta api di emplasemen PT Royaltama Mulia Kencana (RMUK), anak usaha RMKE, pada tahun 2022.
https://money.kompas.com/read/2024/03/25/140000626/dua-perusahaan-bangun-fasilitas-pertambangan-batu-bara-senilai-rp-36-miliar-di