Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

KOMPAS.com - PT Indofarma Tbk tengah menghadapi masalah keuangan serius. Perusahaan BUMN farmasi ini bahkan sampai mengaku tak sanggup membayar gaji karyawannya.

Bila merujuk laporan keuangan terbaru kuartal III-2023 Indofarma yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode INAF ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 191,7 miliar.

Jumlah kerugian Indofarma ini membengkak dibandingkan catatan rugi di periode yang sama tahun sebelumnya, di mana pada kuartal III-2022 perusahaan rugi sebesar Rp 183,11 miliar.

Catatan rugi selama tahun 2023 ini menambah daftar panjang kerugian perusahaan. Dilihat dari laporan tahunan perusahaan pada 2022, Indofarma mencatat rugi dengan nilai cukup besar, yakni sebesar Rp 428,48 miliar.

Sementara pada tahun 2021, saat banyak perusahaan farmasi meraup untung besar dari dampak pandemi Covid-19, perusahaan produsen obat dan alat kesehatan pelat merah ini justru mencatatkan rugi Rp 37,57 miliar.

Perusahaan memang sempat mencatatkan laba pada 2020 dan 2019, namun keuntungannya terbilang sangat kecil yakni masing-masing hanya Rp 30 juta dan Rp 7,96 miliar. Sementara di tahun 2018, perusahaan juga kembali merugi Rp 32,73 miliar.

Berikutnya pada 2017, Indofarma merugi cukup besar yakni Rp 46,28 miliar. Lalu pada 2016, Indofarma juga mencatat rugi Rp 17,36 miliar.

Disuntik PMN APBN

Saat kondisi perusahaan belum membaik yang ditandai dengan kerugian yang terus menerus, Indofarma mendapatkan dana penyertaan modal negara (PMN) dari APBN.

Dikutip dari Kontan, Indofarma tercatat mendapatkan kucuran dana APBN senilai Rp 199,86 miliar pada tahun 2022. Indofarma menggunakan dana ini untuk pengembangan sejumlah pabrik serta memusatkan fokus ke bisnis alat kesehatan dan herbal.

PMN dari APBN ini digunakan Indofarma untuk pengembangan sejumlah pabrik serta memusatkan fokus ke bisnis alat kesehatan dan herbal.

Sejatinya, perusahaan peninggalan Kolonial Belanda yang dinasionalisasi ini sudah melepasnya statusnya sebagai BUMN dan kini sudah berstatus sebagai anak usaha BUMN.

Ini karena seluruh saham milik pemerintah di INAF, kecuali saham dwiwarna, sudah dialihkan ke induk holding BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero).

Utang ke Bio Farma

Selain mendapatkan kucuran uang APBN, Indofarma juga tercatat sempat meminta pinjaman kepada induknya Bio Farma sebesar Rp 157 miliar yang dipakai untuk kebutuhan perbaikan keuangannya.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 29 Maret 2023 lalu Bio Farma menyetujui permohonan pemberian pinjaman dalam bentuk shareholder loan sebesar Rp 157 miliar kepada INAF.

Pinjaman ini bertenor 13 bulan sejak ditandatanganinya perjanjian pemberian pinjaman antara Bio Farma dengan INAF.

Selain itu, INAF akan dikenakan bunga pinjaman 7 persen per tahun. Bunga ini lebih rendah dari rata-rata tingkat bunga pinjaman investasi dan pinjaman modal kerja yang berlaku saat ini yaitu sebesar 8,29 persen per tahun berdasarkan Bank Indonesia.

Manajemen Indofarma menjelaskan, perusahaan memerlukan pinjaman dalam rangka restrukturisasi untuk mendukung rencana kerja terutama dalam rangka mendukung percepatan implementasi strategi fokus usaha di bidang alat kesehatan dan herbal.

Hal ini sesuai dengan program kerja holding BUMN Farmasi sekaligus membantu upaya pemerintah di bidang kesehatan.

Dalam laporan keuangan arus kas Indofarma kuartal III 2023, perusahaan memang mencatatkan adanya penerimaan utang dari pemegang saham sebesar Rp 135,38 miliar.

Tanpa aliran dana utang dari Biofarma tersebut, dipastikan arus kas Indofarma bakal minus.

Arus kas keuangan perusahaan ini sangat memprihatinkan. Jangankan untung, penjualannya saja jauh dari kata cukup untuk menutup operasionalnya.

Arus kas dari aktivitas operasi tercatat minus sampai Rp 188,59 miliar. Pengeluaran terbesar adalah pembayaran untuk pemasok dan karyawan sebesar Rp 611,52 miliar, lalu pembayaran bunga utang Rp 20,58 miliar.

Sementara pemasukan kas dari pelanggan tercatat hanya Rp 443,44 miliar. Arus kas perusahaan juga tercatat negatif dari investasi sebesar minus Rp 950 juta.

Kas perusahaan di sepanjang kuartal III 2023 juga terbebani pembayaran utang jangka pendek sebesar Rp 24,04 miliar serta utang jangka panjang Rp 4,82 miliar.

https://money.kompas.com/read/2024/04/20/070339126/nestapa-bumn-indofarma-sudah-disuntik-apbn-masih-rugi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke