Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Miskin Ingin "Penjajahan" Diakhiri

Kompas.com - 01/08/2008, 08:58 WIB

Ketika ditanya kapan akan diadakan lagi pertemuan untuk mengatasi masalah itu, Lamy mengatakan terlalu dini untuk menentukan jadwal. ”Akan tetapi, pada umumnya ada pendapat bahwa kita tidak bisa terus bertahan pada posisi sekarang ini,” ujarnya lagi.

Pemerintah India menyatakan siap kembali ke meja perundingan untuk membicarakan soal perdagangan global. India juga tetap bertekad tidak akan melunakkan permintaannya dalam rangka melindungi petani miskin.

India juga menyatakan kegagalan perundingan di Geneva adalah karena sikap AS. ”AS menyebabkan kemandekan akibat sebuah isu yang bukan merupakan isu vital perdagangan, tetapi terkait dengan kehidupan para petani,” ujar Menteri Perdagangan India Kamal Nath.

”Saya dapat bernegosiasi tentang perdagangan, tetapi tidak dapat berkompromi mengenai kehidupan petani. Nasib petani miskin sangat rentan dan tidak dapat dikorbankan demi kepentingan komersial negara maju,” ujar Nath, yang selalu mengatakan bahwa New Delhi tidak akan mengorbankan kepentingan jutaan petaninya dalam perdagangan global.

Nath menyebut kegagalan itu sebagai kemunduran serius. ”AS hanya mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri, sementara India berupaya keras untuk melindungi kehidupan para petaninya,” katanya.

PBB kecewa

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon juga menyatakan kekecewaannya atas gagalnya perundingan Putaran Doha terbaru itu. Dalam pernyataannya, Ban mengatakan bahwa sukses perundingan sangat penting pada saat ini ketika dunia menghadapi isu pembangunan penting, seperti pangan, bahan bakar, dan krisis finansial.

Menurut Ban, persetujuan yang sukses akan mendorong kerja sama internasional menuju perbaikan kondisi di negara-negara berkembang untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan dan investasi global.

Sementara itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula mengatakan, negosiasi belum dikatakan berakhir. ”Saya mendapatkan kesan, pertemuan itu tidak gagal, tetapi hanya berhenti sementara untuk sebuah refleksi,” kata Lula.

”Solusi atas masalah yang dinegosiasikan saat ini menjadi politis. Pertemuan antara perdana menteri dan presiden akan diperlukan untuk mendiskusikan apa yang kita akan lakukan dan apa yang tidak bisa kita lakukan dalam waktu dekat,” ujar Lula, yang juga mengecam negara maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com