Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersandung Produk Derivatif Perbankan, Nasabah Siapkan Gugatan

Kompas.com - 30/01/2009, 14:22 WIB

Jadi, bank yang kerap disingkat Stanchart ini tidak khawatir terhadap potensi kerugian bank karena selama ini telah menerapkan jaminan 100 persen. "Penempatan dana nasabah merupakan jaminan. Jadi, dari segi risiko hampir tidak ada,” kata Wang. Namun, dia tidak bersedia menyebutkan nilai tagihan derivatif terbaru Stanchart.

Sikap serupa juga mencuat dari Direktur Tresuri Bank CIMB-Niaga Gottfried Tampubolon. Bankir yang dulu menjabat sebagai Direktur Tresuri Bank Lippo ini hanya bilang, semua transaksi derivatif Bank Lippo sebelum merger dengan Bank Niaga sudah memiliki underlying alias maksud dan tujuan jelas. “Transaksi derivatif dilakukan untuk hedging ekspor impor,” tukas dia.

Hanya, belakangan, transaksi derivatif tersebut terhambat pelemahan sektor riil. Akibatnya, aliran dana eksportir menjadi seret dan berujung kepada kesulitan memenuhi kewajiban derivatif ke bank.

Meski begitu, Gottfried tidak bersedia menyebutkan nilai tagihan transaksi derivatif yang masih dimiliki CIMB-Niaga, selain bilang nilainya relatif kecil sehingga tak akan mengganggu permodalan bank tersebut. Berdasarkan laporan keuangan per November 2008 Bank Lippo, tagihan transaksi derivatif mereka hanya 2,3 persen dari total aset senilai Rp 42,34 triliun.

Bank Danamon mau sedikit lebih terbuka membicarakan persoalan ini. Vera Eve Liem, Direktur dan Chief Financial Officer Danamon, pernah bilang bahwa nilai kontrak derivatif yang masih tersisa sekarang kurang dari 93 juta dollar AS. "Sebagian besar dari itu juga sudah kami provisi dan kebanyakan nasabah menghormati kewajibannya," ujar dia.

Akibat penyisihan cadangan itu, laba bersih 2008 Danamon tergerus tinggal sebesar Rp 1,5 triliun. Angka itu lebih rendah 29 persen dibandingkan pencapaian pada 2007. Namun, rasio kecukupan modal (CAR) bank ini masih sebesar 13,4 persen. Para bankir boleh mengentengkan persoalan ini. Namun, kalau kelak ribuan nasabah nekat ngemplang, imbasnya jelas tak ringan. (Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com