NUSA DUA, KOMPAS.com — Meski ada kesempatan menarik dana krisis dari Bank Pembangunan Asia (ADB), Indonesia ternyata tidak tertarik dengan skema pinjaman Countercyclical Support Facility (CSF). Soalnya, bunga yang ditawarkan lebih tinggi ketimbang Asian Development Fund (ADF).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bilang, bunga ADF yang juga sama-sama merupakan fasilitas pinjaman dari ADB hanya 1 persen-1,5 persen, dengan jangka waktu 32 tahun. Sedangkan CSF setara dengan tingkat bunga LIBOR plus 200 basis poin atau 2 persen. "Makanya, kami lebih senang dengan skema ADF," katanya di sela-sela Pertemuan Tahunan ADB ke-42 di Nusa Dua, Bali, Minggu (3/5).
Apalagi, untuk kepentingan darurat, Indonesia sudah mengantongi komitmen pinjaman siaga atawa standby loan sebesar 5,5 miliar dollar AS dari beberapa negara dan lembaga keuangan internasional. Termasuk, dari ADB senilai 1 miliar dollar AS dan ditambah, "Penerbitan obligasi negara di dalam dan luar negeri," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto.
CSF sendiri adalah pinjaman jangka pendek yang lebih cepat dan murah dibandingkan dengan fasilitas pinjaman program khusus atau special program loan (SPL). ADB akan membentuk dana krisis ini senilai total 3 miliar dollar AS yang bertujuan membantu negara-negara berkembang anggota ADB meningkatkan belanja fiskal secara cepat, yang diperlukan untuk menghadapi krisis ekonomi global dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Presiden ADB Haruhiko Kuroda mengatakan, dana ini juga bisa ditarik oleh anggota ADB yang saat ini hanya mendapat fasilitas pinjaman dana komersial atau ordinary capital resources (OCR) lantaran sudah masuk kategori negara berpendapatan menengah seperti Indonesia.
Direktur Jenderal ADB untuk wilayah Asia Tenggara Arjun Thapan menyatakan, Pemerintah RI bisa mengajukan permintaan untuk mendapatkan dana krisis dengan skema CSF. "Ini tergantung pada Indonesia," katanya. (Amal Ihsan Hadian/Kontan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.