Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koreksi Rupiah Masih Wajar

Kompas.com - 15/06/2009, 09:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin (15/6) pagi turun 50 poin karena pelaku masih membeli dollar meski dalam jumlah tidak besar.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar turun menjadi Rp 10.120-Rp 10.135 per dollar dibanding penutupan sebelumnya Rp 10.070-Rp 10.085 atau turun 50 poin.

Kepala Divisi Treasury PT Bank OCBC NISP, Suriyanto Chang di Jakarta, Senin mengatakan, posisi rupiah yang mencapai level tersebut dinilai masih stabil, karena berada dalam kisaran antara Rp 10.050 hingga Rp 10.200 per dollar. "Pergerakan rupiah saat ini masih baik belum mengkhawatirkan, karena tetap  berada dalam koridor yang benar," katanya.

Bahkan, lanjut dia ada analis yang memperkirakan rupiah akan kembali terpuruk hingga mencapai Rp 10.500 per dollar, akibat aksi beli dollar yang berlebihan. "Namun posisi rupiah diperkirakan tidak akan berada di level tersebut. Kecenderungan untuk menguat lagi sebesar sangat besar hanya menunggu waktu saja," katanya.

Menurut Suriyanto Chang, kekhawatiran atas pergerakan rupiah yang sebelumnya menguat hingga berada dibawah angka Rp 10.000 per dolar, sebenarnya tidak perlu, karena rupiah pada saat ini masih tak menentu suatu naik dan kembali turun.

"Namun kedepan sentimen terhadap rupiah masih tinggi yang terlihat makin aktifnya pelaku asing menempatkan dananya di pasar domestik," ucapnya.

Sementara itu, Dirut PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga mengatakan, pergerakan rupiah saat ini masih wajar meski saat ini terkoreksi, namun tidak begitu besar. "Rupiah hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali menguat yang didukung oleh membuat bursa Walll Street yang diikuti bursa regional, dan membaiknya indikator sejumlah ekonomi nasional," ucapnya.

Menurut Edwin Sinaga, pasar uang domestik diperkirakan akan kembali bergairah yang memicu rupiah menguat hingga dibawah angka Rp 10.000 per dollar. "Karena selisih bunga rupiah yang tinggi merupakan faktor utama yang mendorong minat pelaku asing untuk menempatkan dananya di pasar obligasi, Surat Utang Negara dan SBI," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com