Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Nielsen: Pembaca Media Cetak Makin Turun

Kompas.com - 16/07/2009, 16:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media menunjukkan penetrasi media cetak terhadap pembacanya semakin menurun sejak tahun 2005.

Nielsen Media Indonesia yang merupakan salah satu bagian dari AGB Nielsen yang memfokuskan diri pada studi media cetak radio dan periklanan mengumumkan laporan hasil Survei Media Index dalam konferensi pers, Kamis (16/7) di Mayapada Tower Jakarta.

Survei single source ini berusaha memberikan informasi mengenai perilaku konsumen terhadap media dan produk-produknya. Dalam survei ini, Nielsen Media menggunakan stratified random sampling, menggunakan wawancara tatap muka kepada 14.000 responden di 9 kota besar di Indonesia.

Hasil survei Nielsen menunjukkan bahwa angka pembaca koran semakin menurun secara signifikan, dari perolehan 28 persen pada kuartal pertama tahun 2005 menjadi hanya 19 persen pada kuartal kedua tahun 2009.

Penurunan yang sama juga terjadi pada media cetak lainnya, yakni majalah dan tabloid. Pada kuartal kedua tahun 2009, perolehan tabloid hanya mencapai 13 persen. Sementara itu, majalah memperoleh 12 persen. Angka ini menurun jauh dibandingkan perolehan pada kuartal pertama 2005, majalah dan tabloid sama-sama memperoleh 20 persen dari total populasi.

Peneliti Nielsen Media, Ika Jatmikasari, mengatakan bahwa penurunan angka pembaca media cetak ini memperlihatkan semakin menurunnya minat baca masyarakat. "Perlu ada usaha yang menyeluruh dari berbagai lapisan di industri media untuk meningkatkan minat baca sehingga penetrasi media cetak dapat naik kembali," kata Ika.

Hasil yang berbeda justru terjadi pada media internet dan film. Kedua media ini terus berkembang secara perolehan konsumen. Internet terus mengalami peningkatan seiring dengan jumlah pengguna internet yang semakin meluas.

Pada kuartal kedua tahun 2009, para konsumen media internet mencapai 17 persen. Melonjak jauh dari tahun 2005 yang hanya 8 persen. Demikian juga media film, walaupun sempat turun pada tahun 2006 dengan hanya memperoleh 10 persen. Namun perlahan, pengguna media film meningkat pada kuartal kedua 2009, mencapai 17 persen.

Sementara itu, untuk media elektronik yakni televisi dan radio cenderung stabil. Meskipun ada penurunan pada pengguna media radio, jumlahnya tidak terlalu signifikan. Dari tahun 2005, yang mendapatkan 46 persen turun menjadi 39 persen pada kuartal kedua tahun ini.

Sementara itu, televisi yang masih menjadi media terfavorit masyarakat stabil pada kisaran 94 persen. "Kisarannya tetap berada pada angka sembilan puluhan," kata Ika yang merupakan Associate Director Nielsen Media.

Menurut Ika, Survei Media Index ini dilaksanakan di 12 market, yakni di 9 kota besar di Indonesia dengan 3 greaters area. Kesembilan kota itu adalah Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, Makassar, dan Denpasar. "Media Index tidak dilaksanakan di semua kota di Indonesia sehingga tidak merepresentasikan kepembacaan Indonesia secara kesuluruhan," kata Ika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com