Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terowongan di Selat Sunda Jadi Salah Satu Opsi

Kompas.com - 18/08/2009, 09:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memegang lima kajian pembangunan jalan akses yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Selain opsi jembatan, ada juga alternatif akses berupa terowongan dasar laut atau terapung di bawah permukaan laut, seperti terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis saat ini.

”Jika opsi terowongan yang dipakai, nilai investasinya mungkin rendah, sekitar Rp 49 triliun, tetapi jangka waktu pemakaiannya sangat singkat, yakni sekitar 20 tahun, sementara opsi jembatan memang butuh investasi hingga Rp 117 triliun, tetapi daya tahannya sanggup menampung lonjakan kendaraan hingga 100 tahun,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kantor Menteri Koordinator Perekonomian Bambang Susantono di Jakarta, Jumat (14/8).

Dalam Paparan Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan umum yang disampaikan kepada wakil presiden terpilih Boediono pada awal pekan lalu disebutkan, pada tahun 2050 akan ada lalu lintas yang tidak tertampung 57.600 kendaraan per hari, jika Sumatera-Jawa masih bergantung pada feri. Hal itu disebabkan kapasitas maksimal feri saat ini hanya 18.000 kendaraan per hari.

Jika dikombinasikan antara feri dan terowongan, masih akan ada lalu lintas yang tidak tertampung sebesar 32.900-49.500 kendaraan per hari tahun 2050. Kapasitas maksimal feri dan terowongan hanya 16.600-33.200 kendaraan per hari.

Dengan demikian, opsi jembatan jadi pilihan ideal karena bisa menampung semua kendaraan hingga 100 tahun terhitung sejak tahun 2030, saat jembatan itu siap. Jembatan ini akan dibangun dengan enam jalur untuk dua arah dilengkapi rel ganda kereta api.

Menurut Bambang, jika jembatan dibangun tanpa jalur KA, investasi hanya Rp 83 triliun. Jika dibangun lengkap, anggaran yang diperlukan Rp 117 triliun. Itu dengan masa pembangunan 10 tahun.

Adapun terowongan diasumsikan sepanjang 33 kilometer, lebih panjang dibanding rencana pembangunan jembatan, yakni 27,9-29,2 km (hampir enam kali lebih panjang dari jembatan Surabaya-Madura).

Kelemahan terowongan adalah mengharuskan mobil menunggu kedatangan KA ketika hendak menyeberang. Waktu tempuh lebih lama 30-45 menit dibanding menggunakan apabila menggunakan jembatan.

Adapun kelemahan jembatan, antara lain, adalah tingginya pylon atau menara jembatan yang mencapai antara 460-520 meter. Akibatnya, ada risiko menara jembatan ditabrak pesawat terbang.

Tantangan

Namun, ada tantangan yang perlu segera dijawab sebelum proyek ini dilanjutkan, yakni adanya dua sesar atau patahan di dasar Selat Sunda yang belum diketahui perilakunya. Juga tantangan yang terkait aktifnya Gunung Krakatau, serta kedalaman Selat Sunda yang masih misteri dan diperkirakan ada palung sedalam 40 meter. Selain itu, belum ada penghitungan kecepatan arus dan kesiapan teknologi.

”Meskipun demikian, pembangunan jembatan atau terowongan ini sudah menjadi prioritas pemerintah,” ujar Bambang.

Lima kajian yang sudah masuk kepada pemerintah, yaitu kajian dari Wiratman and Associates, Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) dan Ditjen Bina Marga-Departemen Pekerjaan Umum, kajian Metro, peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Firmansyah, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan-Jembatan Departemen Pekerjaan Umum.

Wiratman merekomendasikan, jembatan panjang merupakan alternatif yang lebih baik dibanding terowongan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Whats New
Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Whats New
Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Whats New
Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Whats New
Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com