Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Tetap Sucikan Tari Pendet

Kompas.com - 23/08/2009, 00:47 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com--Tari pendet atau tari selamat datang yang biasa dibawakan dalam bentuk kelompok penari wanita pada kehidupan masyarakat Bali hingga kini tetap disucikan.

"Tarian yang diwarisi secara turun temurun itu oleh masyarakat Pulau Dewata mampu dijadikan sebagai sumber inspirasi," kata Gurubesar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, tari pendet dinilai mampu sebagai sumber inspirasi bagi penciptaan tari-tari kreasi baru maupun tari komtemporer yang disajikan sebagai seni "balih-balihan" yaitu  pertunjukan seni yang bersifat sekuler.

Tari Pendet pada awalnya hanya untuk kelengkapan kegiatan keagamaan umat hindu yang berfungsi sebagai tari wali pada upacara piodalan (dewa yadnya) di pura-pura atau tempat suci keluarga (merajan).

"Turunnya para dewa dari khayangan ke bumi saat upacara piodalan oleh kalangan masyarakat Hindu di Bali, selalu disambut dengan penuh rasa syukur, hormat dan sukacita," tambah Prof Dibia.

Ia menjelaskan, salah satu cara yang lazim dilakukan dalam menyambut kehadiran para dewata dari khayangan dilakukan dengan cara menari dan salah satunya menampilkan tarian pendet.

Di sejumlah daerah di Bali juga di kenal tari Baris Pendet, satu varian tari baris (kelompok) yang dibawakan oleh penari laki-laki yang biasanya menari sambil membawa sesaji.

"Menarikan tari pendet (memendet) sudah sejak lama menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali," ujar Prof Dibia.

Jika ada negara lain yang mengklaim bahwa tari pendet sebagai kasanah budayanya, itu sangat keliru dan sangat merugikan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Bali.

Untuk itu Prof Dibia memimpin sejumlah seniman Bali memprotes tari pendet yang diklaim oleh Malaysia yang ditayangkan dalam iklan tahun kunjungan wisata negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com