Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei SPS: Media Cetak Belum Tergantikan

Kompas.com - 12/11/2009, 18:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejadian di Amerika Serikat pascakrisis keuangan sejak 2007 yang menyebabkan industri pers ikut jatuh bangkrut, sehingga sejumlah koran berhenti terbit, mengurangi pekerja, dan redesain, tidak berimbas ke Indonesia. Semula sempat mencemaskan, tetapi setelah dilakukan penelitian keberadaan media cetak belum tergantikan.

Peneliti dari Lembaga Penelitian Pendidikan, Penenangan, Ekonomi, dan Sosial (LP3ES) Indrajid pada presentasi riset Masa Depan Industri Media Cetak di Indonesia dan Economy Outlook 2010, yang digelar Serikat Penerbit Suratkabar, Kamis (12/11) di Jakarta, mengatakan ada 95,9 persen pembaca media cetak yang juga pemirsa TV dan 2,3 persen pendengar radio. "Fakta tersebut menunjukkan bahwa media cetak belum tergantikan. Media cetak punya pembaca yang loyal," tandasnya.

Riset yang dipaparkan tersebut merupakan kerja sama dengan Serikat Penerbit Suratkabar, dilakukan bulan Juni 2009. Riset pembaca media cetak itu diselenggarakan di 15 kota, yakni di Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, DI Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Manado, dan Makassar.

Indrajid menjelaskan, ada sekitar 3.000 responden menjadi sample survei yang dibagi secara quota masing-masing 50 persen responden remaja (12-18 tahun) dan responden dewasa (18 tahun ke atas). Ada banyak temuan menarik yang berhasil diungkap, antara lain tentang tren dalam mengkonsumsi media cetak (koran, tabloid, majalah), lama waktu membaca media cetak, rubrik-rubrik yang digemari, waktu yang paling disukai dalam membaca, tren mengkonsumsi internet, hingga daya tarik responden dalam membaca iklan-iklan media cetak.

Tentang media cetak Indrajid mengungkapkan, koran harian, tabloid, dan majalah terus tumbuh, kecuali koran mingguan. "Jumlah tiras juga tumbuh, sekarang sekitar 20 juta eksemplar. Pembaca lebih banyak membaca koran harian, dengan lama waktu 4 jam. Sedangkan orang baca majalah hanya punya waktu 3,5 jam," ujarnya.

Untuk koran, pembaca lebih menyukai membaca rubrik kecelakaan dan atau bencana alam. Sedangkan untuk majalah, rubrik yang paling disukai adalah gaya hidup dan musik. Sebanyak 67 persen pembaca juga baca iklan.

Ekonom dari Universitas Indonesia, Rofikoh Rokhim, yang mempresentasikan tentang ekonomi, iklan, dan suratkabat mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir 2014 diprediksi mencapai 7,6 persen, meningkat dari pertumbuhan ekonomi yang sekarang 6,3 persen. "Tren iklan akan meningkat, tergantung kejelian kita untuk menawarkannya. Rubrik gaya hidup menjadi lebih disukai, karena kesejahteraan pembaca jauh di atas rata-rata. Yang memiliki kekayaan sekitar Rp 10 miliar ada 3.000 orang, sedangkan yang memiliki kekayaan lebih dari Rp 35 miliar, ada 1.200 orang," papar Rofikoh Rokhim.

Sedangkan Direktur Eksekutif Universitas Paramadina Bima Arya Sugiarto memprediksikan oplah media cetak akan sangat tinggi, karena di Indonesia hampir tiap tahun ada pilkada. "Tahun depan ada tujuh pilkada di level provinsi," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com