Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICMI: Hadapi ACFTA, Daya Saing Harus Dibangun

Kompas.com - 12/02/2010, 20:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) harus dibarengi dengan kebijakan politik ekonomi pemerintah yang jelas dan tegas, khususnya untuk membangun daya saing dari keuntungan komparatif (comparative advantage) menjadi keuntungan yang kompetitif (competitive advantage).

Oleh sebab itu, pemerintah harus bisa membuka dan memanfaatkan pasar domestik dan membangun sumber-seumber ekonomi yang berbasiskan teknologi dan pengetahuan.

Demikian disampaikan anggota Presidium Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sugiharto, saat memberikan keterangan pers, seusai bertemu dengan Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (12/2/2010) sore. Pertemuan itu dihadiri Ketua Presidium Nasional ICMI Azyumardi Azra dan anggota presidium lainnya.

ICMI merekomendasikan agar pemerintah memiliki kebijakan politik ekeonomi yang jelas dalam membangun daya saing dari comparative advantage menjadi competitive advantage. "Kekuatan bangsa ini adalah di antaranya dari segi manufaktur di mana kita punya modal sumber daya alam dan mineral serta manusia. Kita bisa mengandalkan domestik market untuk basis pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Sebab itu, pemerintah diimbau membangun yang disebut sumber ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi," tandas Sugiharto, yang pernah menjadi Menteri Negara BUMN.

Jangan lengah

Menurut Sugiharto, apabila pemerintah mengandalkan semua sumber dalam negeri sebagai soko guru pertumbuhan ekonomi ke depan, semua pasokan industri dibangun dengan fasilitas kebijakan publik yang pro industrialisasi, pro pasar domestik, keuntungan kompetisi sehingga bangsa Indonesia memiliki daya saing untuk bertarung dalam globalisasi di ACFTA.

"Kita juga tidak boleh lengah dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM). UKM yang berbasis sumber-sumber ekonomi lokal akan bisa dijadikan basis daya saing bangsa. Oleh karena itu, kita tidak perlu mengimpor dari luar, akan tetapi cukup dengan merekayasa potensi dalam negeri," tambah Sugiharto.

Tentang adanya sejumlah komoditas dalam negeri yang bakal terpukul akibat pemberlakuan tarif nol persen, Sugiharto mengakui perjanjian ACFTA harus dihormati. "Namun, apabila memang ada peluang tarif nol persen untuk beberapa komoditas industri seperti sebanyak 300 lebih tarif nol yang diajukan PT Krakatau Steel agar ditunda pelaksanaannya pada tahun 2018 mendatang, jika memang masih dimungkinkan untuk kemajuan daya saing bangsa, mengapa tidak?" tanya Sugiharto.

Dikatakan Sugiharto, di masa pemberlakuan ACFTA ini, semua kebijakan publik ke depan harus memberikan kekuatan kepada seluruh potensi kapitalisasi sumber daya alam dan energi nasional.

"Banyak industri strategis yang mampu merekapitalisasi nasional sehingga dalam negeri kita diberdayakan. Jadi, jangan semua potensi kita dieskpor. Seperti China mempunyai stok sendiri rotan dan pasir besi dari yang sebelumnya kita miliki, sementara kita sendiri kekurangan dan kehabisan akibat dieskpor besar-besaran," demikian Sugiharto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com