Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bicycle" = "Obahe Sikil?"

Kompas.com - 24/06/2010, 10:58 WIB

KOMPAS.com - Di tengah kontroversi sejarah asal penemuan sepeda, sebagian ontelis di Indonesia - julukan bagi penggemar sepeda ontel - memiliki versi sendiri, yaitu sepeda berasal dari bahasa Jawa. Kok, bisa?

”Kalau tidak percaya, bisa dirunut dari asal kata bahasa Inggris bicycle yang diambil dari kata bahasa Jawa obahe sikil (kayuhan kaki),” kata Iswartono, penggila sepeda onthel dari Bogor yang asli Solo, sambil senyum-senyum.

Teori ini memang lebih untuk guyonan sesama ontelis, jelas tak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tetapi, jauh di balik lelucon itu sebenarnya adalah semangat ontelis ini untuk membumikan sepeda ke dalam budaya mereka melalui idiom lokal.

Bagaimanapun, sepeda sudah terinternalisasi secara panjang di Nusantara. Bahkan, Hindia Belanda (baca: Indonesia) menjadi salah satu wilayah di dunia yang termasuk pertama kali menggunakan teknologi sepeda saat baru ditemukan.

Hal ini dibuktikan dengan tumbuh suburnya toko-toko sepeda di Hindia Belanda tak lama sejak ditemukannya moda transportasi ini. Dokumen berupa iklan di media cetak pada 1950 tentang Toko Sepeda N.V Handel-Maatschappij ”Lim Tjoei Keng” menyebutkan bahwa toko tersebut sudah berdiri sejak 100 tahun sebelumnya, atau berarti tahun 1851. Iklan ini juga menerangkan toko tersebut memiliki cabang di ”antero Java” seperti Batavia (Jakarta), Bandoeng (Bandung), Cheribon (Cirebon), Pekalongan, Tegal, Solo, Djogja (Yogyakarta), Semarang, dan Soerabaia (Surabaya).

Pengajar sosiologi yang juga peneliti senior di Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Hendrie Adjie Kusworo, mengatakan, sepeda dibawa masuk ke Indonesia oleh kolonial Belanda. Sebagai teknologi baru, sepeda segera saja menjadi primadona bagi priyayi pribumi, kolonial Belanda, serta kaum elite pedagang.

Popularitas sepeda di Tanah Air itu juga dibuktikan dengan beredarnya katalog sepeda berbahasa Melayu, selain bahasa Inggris dan Belanda, yang memuat berbagai jenis onderdil sepeda pada tahun-tahun tersebut. Katalog itu diterbitkan oleh N.V Handel en Industrie-Mij.V/h M. Adler, Prinsengracht 581/583, Amsterdam, pada April 1914 dan pernah dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta pada 2006. Katalog ini menjadi referensi penting para penggila sepeda tua hingga saat ini.

Era sepeda motor

Kejayaan sepeda di kalangan atas ini, menurut Hendrie, tak berlangsung lama karena datang era sepeda motor dan mobil yang segera saja menggantikan posisi sepeda.

”Ketika sudah bisa diproduksi secara massal, sepeda kemudian direndahkan. Kaum orang kaya waktu itu kemudian segera saja beralih ke kendaraan bermotor,” kata Hendrie.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com