Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisuk Siahaan, Sejarah Proyek Asahan

Kompas.com - 16/08/2010, 04:01 WIB

Kemudian ada calon investor yang berminat, salah satunya adalah Kaiser Aluminium dari Amerika Serikat. Sebuah tim survei didatangkan dari AS. Bisuk ikut dalam survei di Kuala Tanjung.

”Saya hampir menyerah karena medannya sangat sulit. Tetapi, salah satu anggota tim survei dari AS tetap yakin akan menemukan tempat yang bisa digunakan sebagai lokasi pabrik, juga pelabuhan,” tutur Bisuk.

Kaiser Aluminium meminta agar pemerintah menyediakan PLTA karena ada aturan pihak asing tak diperbolehkan mengelola listrik. Usulan ini tak disanggupi pemerintah sehingga Kaiser Aluminium mundur.

Bisuk lalu mencari dana ke Bank Dunia. Bank Dunia menyarankan agar proyek itu ditender secara internasional. Bank Dunia hanya mau memfasilitasi tender itu. Tetapi, sampai waktu penutupan pengajuan proposal, tak ada perusahaan yang mendaftar.

Uang pribadi

Proyek Asahan kembali hilang, tetapi Bisuk tidak menyerah. Ia kembali mencari investor. Salah satunya, Wakil Presiden Direktur Sumitomo Chemical H Sugano dari Jepang. Sumitomo pun berminat. Mereka berunding. Selain di Jakarta, Sumitomo meminta agar perundingan juga di Tokyo, harapannya Pemerintah Jepang bisa terlibat dalam pembiayaan.

”Saya pikir perundingan paling tiga kali, wah, ternyata sampai tiga tahun. Semua biaya dari uang pribadi dan keluarga saya. Kepalang basah, saat itu saya menyampaikan kepada Ketua Tim Teknis Penanaman Modal Asing BKPM Prof M Sadli bahwa keluarga siap menanggung biaya perundingan,” katanya.

Ketika soal anggaran terselesaikan, pemerintah menunjuk Ketua Tim Perunding Prof M Sadli. Setelah sejumlah penundaan akibat krisis minyak dan kesulitan keuangan Indonesia, Proyek Asahan menjadi proyek pemerintah dengan investasi dari Jepang dan Indonesia.

Sejak itu, Bisuk diminta menjadi Ketua Tim Teknis Proyek Asahan hingga proyek diresmikan Presiden Soeharto, dan dikelola PT Inalum, mulai 1983.

Penyelesaian proyek ini mengagetkan dunia internasional karena masih jarang industri besar di negara berkembang bisa diselesaikan tepat waktu. Apalagi, saat itu ada kasus industri baja di India yang gagal karena salah perencanaan.

Dua perguruan tinggi di AS, Center for International Studies Ohio University dan Pittsburg State University, mengadakan penelitian selama beberapa tahun tentang kesuksesan ini. Kedua perguruan tinggi itu memberikan penghargaan kepada Bisuk yang dinilai sukses.

”Kesuksesan proyek ini bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi karena kemampuan diplomasi dan yang terbesar adalah pendekatan sosial,” katanya. ”Kesalahan terbesar dalam proyek-proyek kita adalah tak adanya pendekatan sosial. Mungkin mereka merasa proyek akan berhasil hanya bermodal dekat dengan penguasa.”

Bisuk berharap sukses Proyek Asahan bisa dipelajari. Ia mengisi hari tuanya dengan menulis buku sejarah industri di Indonesia dan Proyek Asahan. Sejarah industri di Indonesia dicatat agar keberhasilan dan kegagalan menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com