Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementerian PU Siap Atasi Lahar Merapi

Kompas.com - 20/11/2010, 09:12 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — Kementerian PU menyiapkan dam sabo (bangunan pengendali sedimen) untuk mengatasi lahar yang keluar dari Gunung Merapi, kata pejabat kementerian itu.
    
"Sejak 1970, kami sudah merancang bagaimana mengatasi lahar Merapi. Bagaimana lahar bisa mengalir ke sungai di sekitar Merapi, itulah yang menjadi urusan kami, tetapi kalau (gunung) meletus itu urusan vulkanologi," kata Bambang Hargono, Kepala Balai Besar Sungai Serayu-Opak, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, dalam surat elektronik yang diterima di Bogor, Sabtu (20/11/2010).
    
Menurut dia, sesuai rencana induk 2001, pengendalian lahar diwujudkan dalam bentuk dam sabo yang jumlahnya mencapai 279 dam. Namun, hingga saat ini baru terbangun 224 dam dan 2010 ini sudah dibangun 10 dam, tetapi saat pekerjaan belum rampung, Gunung Merapi aktif kembali.
    
Dijelaskan juga, berdasarkan penilaian pada 2001, sistem dam sabo mampu menampung delapan juta meter kubik material. Padahal, perkiraan material erupsi yang menjadi lahar saat ini mencapai 140 juta meter kubik.
    
Hal ini menyebabkan sistem yang sudah dibangun harus dievaluasi kembali agar dapat menahan material vulkanik dan meminimalisasi terjadinya banjir lahar dingin yang melanda hilir sungai.
    
Sejauh ini, dengan mengendalikan 224 dam sabo cukup efektif menahan sebagian material vulkanik, setidaknya membuat Kota Yogyakarta berkurang kerentanannya.
    
Berfungsinya sistem dam sabo, katanya, dapat dilihat pada Sungai Opak yang masih bersih meski di atasnya ada sungai Gendol. Sementara Kali Code hanya dialiri pasir dan lumpur karena material yang besar sudah tertahan di dam sabo.
    
Selain itu, dam sabo membuat kelerengan lebih landai dari sungai awalnya, hal ini disebabkan oleh endapan yang seharusnya ada di atas sungai membuat kemiringan menjadi tidak terlalu curam sehingga air yang lewat kecepatannya menjadi berkurang.
    
Sementara itu, banyak komunitas yang peduli terhadap keadaan ini dan ia mencontohkan komunitas Code, Komunitas Gajah Wong, dan lainnya, yang siap bekerja sama dengan pemerintah.
    
"Setidaknya, komunitas yang terdiri atas masyarakat yang peduli pada lingkungan diharapkan dapat lebih memahami seluk-beluk sungai yang sudah menjadi bagian dari mereka bertahun-tahun lamanya," kata Bambang.
    
"Ketika hujan lebat berkepanjangan, rekan-rekan dari komunitas ikut memantau agar masyarakat di hilir bersiap-siap," tambahnya.
    
Hanya saja, materi sekarang luar biasa banyaknya. Sungai mulai tertimbun sehingga memungkinkan bencana terjadi dari material yang terkumpul di kanan dan kiri sungai.
    
"Untuk itu kami merencanakan guide atau pilot channel berupa pengerukan sungai dengan alat berat hingga wilayah aliran sungai menjadi kembali lancar," ujarnya.
    
Ia menambahkan, materi vulkanik saat ini telah menutup wilayah aliran sungai hingga radius 20 km dari Merapi dan diharapkan masyarakat tetap waspada sambil melihat perkembangan yang ada.
    
"Masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin, tetapi harus waspada terhadap semua kemungkinan yang bisa terjadi. Bencana tidak bisa dihindari, tetapi memperkecil kerentanan bisa saja dilakukan," kata Bambang Hargono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com