Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Terus Naik, Harga BBM Ikut Naik?

Kompas.com - 04/01/2011, 21:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto, Selasa (4/1/2011), di Jakarta, menyatakan, harga minyak dunia diperkirakan terus naik dalam beberapa bulan ke depan. Jika pemerintah memutuskan tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, defisit anggaran diperkirakan akan membengkak.  

Sejauh ini APBN maksimal hanya akan bisa bertahan di rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) 85 dollar AS per barrel atau pada harga minyak dunia 88 sampai 90 dollar AS per barrel. Ini dengan asumsi target lifting minyak 970.000 barrel minyak per hari terpenuhi, subsidi listrik tidak membengkak, dan pembatasan BBM bersubsidi menghemat Rp 3,3 triliun.  

Namun, ia memperkirakan pembatasan BBM bersubsidi tidak akan efektif dan banyak distorsi. "Karena disparitas harga BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi sangat tinggi, pembatasan BBM bersubsidi tidak akan efektif, banyak distorsi. Kemungkinan penjualan BBM secara ilegal tidak bisa dicegah, dan jumlah pengendara sepeda motor makin banyak. Akibatnya, volume premium tidak bisa ditekan sehingga penghematan sulit tercapai," kata dia.  

Padahal, tren harga minyak dunia terus naik. Setiap kenaikan satu dollar AS per barrel di atas asumsi, hal itu akan menambah defisit anggaran Rp 550 miliar. Jika ICP 90 dollar AS per barrel, hal itu berarti ada penambahan defisit 10 kali Rp 550 miliar. "Kemungkinan ICP sampai kuartal pertama tahun 2011 akan ada di kisaran 90-95 dollar AS per barrel. Artinya, harga minyak dunia bisa lebih tinggi dari itu," ujarnya.  

Dengan tren harga minyak dunia yang terus naik, sulit mempertahankan harga BBM bersubsidi yang sekarang kecuali pemerintah mengubah asumsi APBN atau menjadi keputusan politis. "Misalnya, ICP diubah jadi 90 dollar AS per barrel. Berarti pemerintah secara politis berkomitmen minimal ICP sampai angka itu tidak ada kenaikan harga BBM bersubsidi," kata dia.  

Meski demikian, pemerintah sebaiknya melihat tren harga minyak dunia dan tidak terburu-buru menaikkan asumsi ICP dalam APBN 2011. "Titik kritisnya pada bulan Maret karena saat itu negara-negara anggota OPEC akan bertemu. Jika OPEC tidak menambah kuota produksinya, kemungkinan harga minyak dunia akan lebih tinggi. Dengan cuaca ekstrem, permintaan minyak dunia akan tetap tinggi," kata Pri Agung.  

Selain itu, pada bulan yang sama, pemerintah juga akan menerapkan pengaturan BBM bersubsidi. Jika pembatasan BBM bersubsidi diterapkan, OPEC tidak menambah kuota produksi, dan harga minyak dunia bertambah tinggi. Maka, masyarakat akan terkena dampak dua kali kenaikan harga minyak, yakni dampak pembatasan dan kenaikan harga BBM bersubsidi.  

"Tentu masih ada celah untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi. Syaratnya, pemerintah mengubah asumsi ICP-nya. Namun, itu berarti konsekuensinya, pemerintah menanggung anggaran subsidi yang besar," ujarnya. Jika asumsi ICP dinaikkan, anggaran subsidi energi diperkirakan bertambah Rp 32 triliun.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com