Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masinis Selalu Jadi Kambing Hitam

Kompas.com - 04/02/2011, 16:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bekerja sebagai seorang masinis bukanlah perkara mudah. Mengangkut ribuan orang dalam sekali jalan dan menempuh waktu berjam-jam perlu ketelitian luar biasa. Tanggung jawabnya pun sangat besar. Namun, masinis kini sering kali menjadi kambing hitam dalam setiap tragedi kecelakaan kereta api. Human error yang tak bisa dihindarkan selalu menjadi alasan mengantarkan masinis ke bui.

"Selama ini yang selalu disoroti dan dicari adalah siapa yang salah. Paling mudah dan selalu jadi korbannya adalah masinis," kata anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Saleh Purwanto, dalam pernyataan sikap MTI yang disampaikan di kantor MTI, Jalan Cikini Raya, Jakarta, Jumat (4/2/2011).

Bahkan, kata Saleh, undang-undang (UU) pun seakan menjustifikasi seluruh kesalahan atau tragedi kecelakaan sebagai tanggung jawab masinis. Dalam UU Perkeretaapian, masinis diancam hukuman penjara 1 tahun apabila melanggar sinyal, 2 tahun kalau ada yang terluka, dan 5 tahun kalau ada yang meninggal. " Padahal, kejadian kecelakaan kereta api tidak melulu karena faktor kesalahan masinis," ujarnya.

Saleh mengungkapkan, kesalahan bisa saja terjadi pada petugas pintu pelintasan, petugas stasiun, ataupun petugas operator pusat. Proses penelusuran sebab kecelakaan oleh polisi, menurut Saleh, juga cenderung tidak investigatif, tetapi lebih pada interogatif yang menyudutkan masinis sehingga akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dan masuk bui. "Padahal dalam catatan kami, masinis-masinis yang mengalami kecelakaan itu termasuk masinis terbaik. Mereka sering mendapat penghargaan, seperti dari PT KAI," ucap Saleh.

Sistem penelusuran kecelakaan ini, kata Saleh, berbeda dengan yang berlaku dalam UU Penerbangan, yang mengharuskan adanya majelis profesi tempat pilot disidangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya unsur kesengajaan dalam kecelakaan tersebut. Mereka tidak langsung dipidanakan. "Sistem interogatif tidak akan menyelesaikan masalah karena penyebab utama kecelakaan tidak terkuak," ucap Saleh.

Saleh menuturkan, dalam penerbangan, apabila ada ancaman pesawat akan bertabrakan, sistem mesin di dalam pesawat secara otomatis akan mengubah arahnya ke atas atau ke bawah. Sementara di kereta api (KA), sistem teknologi seperti itu tidak ada sehingga tabrakan sulit dihindarkan. Dalam sistem perkeretaapian, masinis menjadi palang pintu terakhir keselamatan.

Ketua MTI Djoko Setijowarno melihat, mulai proses perekrutan hingga kondisi masinis saat menjalankan KA juga kalah jauh dari sistem penerbangan. Dalam penerbangan, untuk menjadi seorang pilot, seseorang harus belajar dahulu di sebuah sekolah khusus pilot. "Sementara untuk masinis, mereka jadi pegawai PT KAI baru nanti dilihat dan ditentukan siapa yang jadi masinis," kata Djoko.

Masinis saat menjalankan KA juga sering kali dalam kondisi tidak fit. Hal tersebut lantaran letak tempat tinggalnya dengan stasiun terlampau jauh sehingga masinis kelelahan, belum lagi rute yang jauh dan waktu tempuh yang lama. Ini berbeda dengan pilot atau pramugari yang mendapat fasilitas antar-jemput dari perusahaan. "Dengan nasib masinis seperti itu, mereka lagi-lagi jadi kambing hitam," ujar Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com