Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Minta Penjelasan BI

Kompas.com - 06/02/2011, 15:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) minta penjelasan Bank Indonesia (BI) terkait kenaikan suku bunga. Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Stamboel, menduga sejatinya BI sudah berupaya mempertahankan suku bunga acuan di level 6,5 persen. "Tetapi ada ada faktor tekanan lain sehingga sulit dipertahankan," ujarnya, Minggu (6/2/2011).

Menurutnya, Komisi XI, terutama Panja Inflasi dan Suku Bunga, minta penjelasan yang lebih dalam seperti argumentasi dan rasionalitasnya.

Rencananya DPR menjadwalkan pemanggilan tersebut pada Senin (14/2/2011) mendatang. Wakil Ketua Panja Inflasi dan Suku Bunga Komisi XI DPR RI, ini tetap melihat bahwa inflasi Desember dan Januari yang relatif tinggi, faktor penyebabnya terutama bukan dari sisi moneter.

Tetapi lebih di sisi suplai atau sektor riil, seperti kurangnya produksi, gagalnya manajemen stok Bulog, keterlambatan raskin, hambatan distribusi, dan gangguan cuaca. Dengan demikian, menurutnya, BI seharusnya belum perlu mengambil kebijakan menaikkan suku bunga acuan.

Kebijakan perbaikan terpenting seharusnya pada peningkatan produksi pangan, memperbaiki manajemen stok, dan distribusi barang-barang yang bergejolak harganya (volatile food). "Kebijakan menaikkan giro wajib minimum (GWM) sebelumnya sudah cukup untuk mengetatkan uang beredar. Tetapi sepertinya BI ingin memberi sinyal lebih jelas pada pelaku pasar keuangan," ujarnya.

Kemal tetap mengkhawatirkan kenaikan suku bunga akan berpotensi menyebabkan meningkatnya kenaikan suku bunga kredit dan akan meningkatkan biaya modal usaha. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan inflasi meningkat dalam jangka pendek dan menengah akibat pengusaha menaikkan harga produk, sehingga bebannya akan dipikul masyarakat luas. "Kami khawatir, ekspansi dunia usaha akan tertahan dan lapangan kerja menjadi terbatas,” katanya.

Informasi saja, saat ini rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) atau prime lending rate perbankan berada di level 11,84 persen, dan rata-rata bunga deposito sebulan adalah 6,4 persen. Padahal di Malaysia tingkat spread bunganya sekitar 3 persen, sedangkan di Filipina sekitar 4 persen. "Spread di Indonesia masih cukup tinggi. Keuntungan bank secara umum juga sangat-sangat tinggi. Kami berharap, perbankan juga memikirkan keberlangsungan dan daya saing usaha nasabah agar dapat bersaing dengan produk luar negeri yang memiliki akses modal murah. Kami juga akan mendorong komitmen itu, terutama bagi BUMN perbankan”, ungkapnya. (Yudho Winarto/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com