Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Daya yang Jauh dari Memakmurkan

Kompas.com - 10/03/2011, 05:19 WIB

Pengolahan minim

Yang lebih ironis, kecenderungan menjual bahan mentah dan bahan baku itu menempatkan Indonesia dalam posisi pengimpor. Neraca perdagangan bahan mentah dan bahan setengah jadi hasil pertambangan mengindikasikan rendahnya tingkat pengolahan hasil tambang.

Hasil tambang diekspor dalam bentuk mentah, padahal kita kemudian mengimpor bahan setengah jadi seperti bijih besi yang nilainya lebih tinggi.

Indonesia Research and Strategic Analysis mencatat meskipun memiliki sumber bijih besi, Indonesia tidak punya industri pengolahan bijih besi.

Sejak tahun 2006, volume ekspor bijih besi lebih besar daripada impor. Namun, hingga kini neraca perdagangan bijih besi tetap defisit. Harga ekspor bijih besi jauh lebih murah daripada harga ekspor. Industri pengolahan bauksit menjadi alumina baru direncanakan.

Aluminium Smelter (PT Inalum) dan produksi aluminium ingots di Indonesia menggunakan bahan baku alumina dan scrap aluminium impor. Padahal, produksi bauksit Indonesia dapat diolah menjadi 4-7 juta ton alumina, jauh lebih tinggi daripada kebutuhan dalam negeri.

Ekonom senior Didik J Rachbini mengatakan, ketiadaan kebijakan industrialisasi mengakibatkan industri kita berjalan tanpa arah, termasuk industri yang terkait dengan pengolahan sumber daya alam.

Pemanfaatan sumber daya pertambangan semestinya dapat mendorong pertumbuhan, termasuk sektor-sektor di luar pertambangan dengan adanya peningkatan nilai tambah hasil tambang dan keterkaitan industri.

Penerimaan hasil pertambangan yang didistribusikan secara merata bagi generasi sekarang dan yang akan datang akan menjadi modal utama bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi yang lebih berbasis pada teknologi dan pengetahuan.

Dengan cara ini pula, kapasitas perekonomian dalam jangka panjang bisa tercapai sehingga generasi berikutnya bukan lagi sekadar generasi penjual bahan mentah yang mengorbankan masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com