Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gula Petani Catat Harga Tertinggi

Kompas.com - 05/07/2011, 03:42 WIB

Mojokerto, Kompas - Perkembangan terakhir harga gula petani Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto, hasil lelang periode ketiga mencapai harga tertinggi dibandingkan dengan hasil lelang periode pertama dan kedua yang sempat mengalami penurunan harga.

Keterangan yang diperoleh Kompas, Senin (4/7), harga lelang gula petani tebu periode ketiga mencapai Rp 8.215 per kg, tertinggi selama periode lelang gula petani di PG Gempolkrep, Mojokerto. Pasalnya, lelang periode pertama harga gula petani mencapai Rp 8.150 per kg, tetapi dalam lelang periode kedua turun menjadi Rp 7.760 per kg.

”Harga gula petani PG Gempolkrep hasil lelang periode ketiga Rp 8.215 per kg, termasuk tertinggi di lingkungan PTPN X,” kata Sugi Bandung (44), petani tebu asal Canggu, Mojokerto.

Dikatakan, harga lelang gula petani Rp 8.215 per kg tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil lelang gula petani periode pertama Rp 8.150 per kg dan periode kedua yang mengalami penurunan menjadi Rp 7.760 per kg.

”Selama musim giling tahun ini, saya sudah kirim kurang lebih 15.000 kuintal tebu ke PG Gempolkrep dan masih tersisa 6.000-an kuintal tebu yang siap tebang dan giling,” kata Sugi.

Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Gempolkrep, Mojokerto, Pungkasiadi (42), ketika dihubungi terpisah, mengatakan, harga gula petani PG Gempolkrep periode ketiga Rp 8.206 per kg, bukan Rp 8.215 per kg.

”Harga lelang periode ketiga sebesar Rp 2.206 per kilogram, itu sudah paling apik dibandingkan wilayah lain yang tidak sampai segitu,” katanya.

Ia mengatakan, perkembangan harga gula petani sangat bergantung padaperiode lelang dan pasar yang berlangsung dua minggu sekali. Dengan demikian, naik-turunnya harga gula petani sulit diprediksi.

Kasnadi (45), petani tebu lain, mengharapkan kepada pemerintah agar meninjau ulang kebijakan penetapan harga gula petani yang masih rendah dibandingkan dengan komoditas bahan pokok yang lain, apalagi pengalaman selama ini produksi tebu petani tidak pernah membaik dan cenderung merosot, setelah menunggu masa tebang lebih dari setahun. (TIF/rek)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com