Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Membeli Emas?

Kompas.com - 19/07/2011, 11:28 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Reputasi emas sebagai sarana investasi yang aman terus naik hingga mencapai 1.600 dollar Amerika Serikat  (sekitar Rp 13,6 juta) per troy ounce. Satu troy ounce setara dengan 31,1 gram.

Para investor khawatir tentang masalah utang di AS sehingga mereka membeli emas dan membuat harga emas naik lagi menjadi 1.602 dollar AS per troy ounce pada penutupan perdagangan Senin kemarin. Harga itu merupakan rekor tertinggi, tetapi masih berada di bawah harga emas tahun 1980an. Pada saat itu, harga emas 850 dollar AS per troy ounce atau setara dengan 2.400 dollar AS (Rp 20,5 juta) pada harga saat ini setelah dihitung inflasi.

Harga emas terus meningkat belakangan ini karena masalah utang di AS dan Eropa. Kurs dollar AS maupun euro menjadi fluktiatif sehingga emaslah merupakan sarana investasi yang lebih aman. Mengapa perlu memiliki emas?

"Emas sudah memiliki sejarah panjang sebagai sarana melindungi kekayaan," ujar Tom Winmill, manajer portofolio pada Midas Fund yang mengelola dana sebesar 96 juta dollar AS.

Manajer investasi tersebut memiliki cadangan emas dan emas yang masih ada di tambang. "Dalam 6.000 tahun, emas adalah salah satu jenis aset yang hampir tidak pernah nilainya menjadi nol," ujarnya.

Dia mengatakan, emas dapat mencapai harga 1.800 dollar AS per troy ounce pada akhir tahun 2012. Menurut data dari World Gold Council, harga emas sudah naik 21 persen menurut nilai dollar AS dalam 12 bulan terakhir hingga 30 Juni lalu.

Emas naik melampaui kurs mata uang mana pun, naik 2,2 persen terhadap euro, 10,4 persen terhadap yen Jepang, dan 16,5 persen terhadap rupee India. Akan tetapi, emas turun 5,5 persen terhadap franc Swiss yang dipandang sebagai salah satu mata uang paling aman di dunia.

Kenaikan harga emas semakin cepat dalam dua pekan terakhir. Emas sudah naik selama 10 hari berturut-turut hingga Senin kemarin sejak 1 Juli ketika harga emas mencapai 1.482,60 dollar AS per troy ounce. Harga emas sebenarnya sudah naik sejak awal tahun 2009 ketika masih seharga 880 dollar AS per troy ounce.

Bank sentral AS Federal Reserve menjaga tingkat suku bunganya tetap rendah mendekati nol persen sejak Desember 2008. Tingkat suku bunga yang rendah melemahkan kurs dollar AS dan membuat harga emas semakin menjulang.

Para investor juga tampaknya semakin menyukai emas. Permintaan emas dari para investor naik 26 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu. Kenaikan itu termasuk kenaikan permintaan dari para dokter gigi untuk membuat gigi palsu dari emas dan perusahaan elektronik.

"Permintaan emas lebih tinggi juga terlihat dari para investor spekulatif seperti hedge fund," kata Jon Nadler, analis metal pada Kitco Metals.

Harga emas dapat merosot jika investor kembali mendapatkan kepercayaan bahwa AS tidak akan gagal bayar dan 27 negara Uni Eropa tidak terganggu oleh masalah utang di kawasannya. Siap membeli emas?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

    Whats New
    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

    Earn Smart
    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

    Earn Smart
    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

    Whats New
    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

    Whats New
    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

    Spend Smart
    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

    Whats New
    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

    Whats New
    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

    Whats New
    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com