Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CBM Butuh Insentif dari Pemerintah

Kompas.com - 20/07/2011, 17:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Eksplorasi dan produksi gas metana batubara (CBM) butuh insentif dari pemerintah. Ini karena prosesnya secara teknis yang cukup sulit. 

"Itu adalah gas yang tercetak dalam lapisan batubara," ujar Staf Ahli Menteri Bidang Investasi dan Produksi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kardaya Warnika, seusai menghadiri "Indonesia International Conference Focus on Indonesia Economy 2011" di Jakarta, Rabu (20/7/2011). 

Hal teknis yang dimaksudnya adalah terjebaknya gas bersama dengan air di dalam batubara. "Itu yang menjadi tantangan dalam tiga tahun pertama ini supaya mereka itu bisa survive secara ekonominya," ujar Kardaya. 

Oleh sebab itu, dalam pengolahan dan produksi CBM ini, banyak negara yang memberikan insentif pajak dan bentuk lainnya, seperti di Amerika Serikat dan India. Sementara Indonesia belum ada insentif untuk ini. 

Sekalipun demikian, pengembangan CBM sebenarnya sama dengan gas biasanya. Hal yang menguntungkan dari CBM adalah letaknya yang dekat dengan sumber gas dan minyak dunia. "Eksplorasinya setengah sudah ada," katanya. Ia juga menyebutkan masa eksplorasi dapat berlangsung selama 3-5 tahun. Sementara itu, masa pengembangan dapat mencapai waktu sekitar tiga tahun. 

Namun, produksi awal masih menghasilkan jumlah yang sedikit. Kandungan airnya justru yang lebih banyak. 

Sejauh ini, produksi CBM hanya sebatas 1 juta standar metrik kaki kubik per hari (MMSCFD). Gas nonkonvensional ini pun telah digunakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara.

Sebagian besar cadangan gas ini berada di Kalimantan. Dengan begitu, penggunaannya akan diperuntukkan bagi sistem kelistrikan di pulau tersebut. Gas juga akan dikirimkan ke Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua dalam bentuk gas alam cair (LNG) dengan kapasitas kecil, yaitu sekitar 200 MMSCFD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com