Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Ingatkan Lagi Risiko

Kompas.com - 27/07/2011, 04:09 WIB

WASHINGTON, Selasa - Presiden Barack Obama memperingatkan kemungkinan terjadinya krisis dalam jika Washington tidak berhasil mencapai kata sepakat untuk menaikkan utang. Ia juga meminta rakyat AS mendesak Partai Republik agar segera berkompromi.

Obama berpidato di televisi pada hari Senin (25/7). Ia berharap segera ada kata sepakat mengenai kenaikan pagu utang negara, yang membuat Gedung Putih bisa menutupi defisit anggaran yang besar.

Ia juga menyebutkan bahwa dalam beberapa pekan ini sudah terjadi permainan berbahaya dan negara itu tidak sanggup menanggungnya. Beberapa saat setelah Obama berbicara di Gedung Putih, kurs dollar AS terhadap yen Jepang melemah mencapai titik terendah dalam 4 bulan terakhir.

Obama menyalahkan penolakan kubu Republik untuk menaikkan pagu kredit dari 14,3 triliun dollar AS. Republik meminta ada pemangkasan anggaran negara jika pagu utang hendak dinaikkan.

Jika Kongres gagal menaikkan pagu utang pada 2 Agustus, perekonomian AS bisa terguncang. ”Kebuntuan dalam pencapaian kata sepakat berisiko menimbulkan krisis ekonomi dalam,” kata Obama.

Obama menolak proposal dari Partai Republik untuk menaikkan sementara pagu utang dengan alasan kenaikan sementara itu tetap akan menimbulkan masalah dan berpotensi mengulangi krisis.

Obama tidak mau dibuat pusing dengan kesepakatan sementara karena masalah utang dan defisit bukan masalah yang mudah untuk diatasi dalam jangka pendek. ”Negara besar di bumi ini tidak dapat lagi bergerak. Ini adalah permainan yang sangat membahayakan, kita tidak sanggup memainkannya saat ini,” ujar Obama.

Republik juga berkepentingan menghadapi benturan ekonomi dengan harapan bahwa warga tidak akan mau memilih Obama lagi. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Obama dianggap sebagai orang yang turut berperan membuat masalah ekonomi. Namun, dalam jajak pendapat serupa juga disebutkan bahwa Partai Republik tidak lebih bagus pula dari Obama.

Kurs dollar AS melemah terhadap yen Jepang hingga titik terendah selama empat bulan terakhir pada posisi 77,90 yen, mendekati rekor terendahnya 76,25. ”Orang terbiasa menggunakan dollar, dollar adalah pusat dari segalanya,” ujar analis dari Lloyds Bank, Charles Diebel.

”Kurangnya progres pembicaraan soal pagu utang di Washington membuat dollar AS menjadi tertekan,” kata analis di Rabobank International, Philip Marey.

Kumpulkan dana tunai

Para investor yang kehilangan kesempatan selama resesi 2008 saat ini mulai mengumpulkan likuiditas. Memegang aset likuid adalah prioritas utama mereka saat ini.

Para penasihat investasi juga mencermati reksa dana jenis pasar uang untuk berjaga-jaga agar tak ada lagi aset busuk di situ. Para investor juga mengalihkan investasi ke logam mulia sebagai upaya lindung nilai jika terjadi krisis.

”Cara mengumpulkan dana tunai dan mengupayakan lindung nilai (hedging) sudah terbukti bisa memberi hasil baik selama 50 tahun. Berinvestasi dengan membeli dan memegang saham dalam jangka panjang mungkin saat ini akan dipertanyakan,” ujar Margaret Franklin, Chief Executive of Kinsale Private Wealth Management, di Toronto, yang mengelola aset 100 juta dollar AS.

Banyak investor yang merasa memiliki cukup likuiditas pada tahun 2008 kemudian tersadar. ”Saat itu korporasi tak memiliki dana tunai sebanyak yang mereka perkirakan,” ujar Franklin. Sekarang banyak nasabahnya yakin krisis utang global sudah tidak dapat dihindari lagi.

Rob Isbitts, Kepala Investasi pada Carson Wealth Management Group, di Omaha, Nebraska, mengatakan, likuiditas adalah isu utama saat ini. Di tengah hiruk pikuk ekonomi AS dan Eropa, korporasi sudah melakukan antisipasi. (Reuter/AP/AFP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com