Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Anjlok, Petani Garam Menjerit

Kompas.com - 05/08/2011, 08:13 WIB

SUMENEP, KOMPAS.com - Petani garam di daerah sentra garam Kalingaet, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menjerit karena saat ini harga merosot tajam di bawah harga dasar patokan pemerintah. Jika panen semakin meluas, harga juga dikhawatirkan akan semakin anjlok.

Beberapa petani garam, Jumat (5 /8/2011), mengungkapkan, saat ini di tingkat petani harga garam kualitas satu (K1) hanya Rp 580 per kilogram atau jauh lebih rendah dari harga patokan pemerintah Rp 750 per kilogram. Harga kualitas dua (K2) dua Rp 475 per kilogram sementara harga patokan pemerintah Rp 550 per kilogram.

"Dengan harga sebesar itu, keuntungan petani sangat tipis. Padahal petani berharap tahun ini bisa mendapat hasil yang bagus untuk mengganti gagal panen selama tahun 2009 dan 2010," kata Rahim, petani Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget.

Para petani menduga, merosotnya harga garam di tingkat petani itu karena masuknya garam impor atau masuknya garam selundupan dari India dan Australia yang dijual dengan harga murah. Untuk itu, petani meminta pemerintah mengontrol secara ketat garam impor dan garam selundupan. "Garam impor masih beredar di Sumenep," tambah Rahim.

Madura merupakan produsen sekitar 90 persen dari total produksi garam nasional. Produksi per hamparan belum serentak karena keterbatasan teknologi pembudidayaan. Misalnya, petani masih menggantungkan pasokan air laut ke areal tambaknya dari air laut yang pasang. Tidak ada saluran tersier dan sekunder untuk mendapatkan pasokan air laut secara kontinyu. Hal demikian terjadi terjadi di Pinggirpapas dan Karanganyar. Saluran air hanya sampai areal garam milik PT (persero) Garam.

Cuaca tahun ini sementara sangat bagus untuk produksi garam, sehingga pada bulan kedua saja petani bisa panen per tiga hari. Pada tahun 2009 dan 2010 petani mengalami gagal panen akibat anomali cuaca berupa musim hujan yang berkepanjangan.

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com