Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT PLN Siap Beli Gas Metana Batubara

Kompas.com - 05/11/2011, 15:45 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —  PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) siap membeli gas metana batubara baik dalam bentuk listrik maupun gas. Hal ini untuk mendukung program pemerintah mengenai pemanfaatan gas metana batubara untuk kelistrikan tahun ini.

Hal ini sesuai Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2011. Pemanfaatan gas metana batubara dari wilayah kerja Sanga Sanga yang dioperasikan Vico merupakan bagian dari program pemerintah itu.

Menurut Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nur Pamudji sebagaimana dikutip dalam situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PLN sangat mendukung program pemerintah dalam pengembangan CBM. 

"PLN siap membeli CBM dari pengembang manapun mulai dari tahap dewatering sampai fase produksi, baik dalam bentuk listrik maupun gas," katanya. 

Pada fase dewatering, PLN membeli listrik dari pengembang CBM untuk melistriki warga, khususnya di sekitar lokasi pengembangan CBM.  Pada fase produksi, cakupan pemanfaatan CBM akan diperluas, gas metana yang dihasilkan akan dibeli PLN bisa dalam bentuk gas, CNG maupun LNG, untuk memasok pembangkit besar setempat maupun di lokasi lain.

"PLN berharap kerja sama ini dapat ditingkatkan secara jangka panjang mengingat potensi CBM yang besar dan kebutuhan PLN untuk terus menerus menyalurkan listrik ke pelanggan," ujar Nur Pamudji.

Sumber daya CBM Indonesia disinyalir sekitar 453 TCF. Sejak tahun 2008 sampai saat ini telah ditandatangani 39 KKS CBM, termasuk wilayah kerja Sanga Sanga yang ditandatangani pada 30 November 2009.

Gas metan tersimpan dalam batubara sebagai komponen gas yang teradsorpsi pada atau di dalam matriks batubara dan gas bebas dalam struktur micropore atau cleat lapisan batubara. Gas ini berada di tempat tempat yang menjebaknya terutama karena adanya tekanan reservoir.

Dengan mengurangi tekanan reservoir tersebut, gas yang terperangkap akan dapat keluar dari micropore pada batubara ini. Cara mengurangi tekanan reservoir adalah mengeluarkan seluruh fluida yang ada, terutama air.

Pada kegiatan penambangan batubara, dijumpainya air yang melimpah merupakan fenomena alam yang biasa. Air sering membanjiri lubang-lubang pertambangan batubara yang diikuti keluarnya gas metana.

Untuk mengurangi risiko ledakan terowongan tambang serta memanfaatkan gas metan yang keluar ini, ide CBM muncul sebagai solusi untuk dua hal yang saling berhubungan.

Dalam proses pengeluaran air ini gas akan secara bersama-sama ikut terproduksi. Jumlah air yang terproduksi semakin lama semakin berkurang, sedangkan jumlah gas yang ikut terproduksi bertambah. Proses ini disebut dewatering.

Proses dewatering memakan waktu cukup lama bahkan hingga tiga tahun. Selama periode dewatering itulah masa-masa menunggu yang sangat melelahkan sekaligus masa penuh waswas karena menunggu seberapa besar kapasitas produksi sumur ini sebenarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com