Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Ekonomi Bisa Meleset

Kompas.com - 25/11/2011, 02:36 WIB

Jakarta, Kompas - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 kemungkinan akan lebih rendah dari target pemerintah sebesar 6,7 persen. Ini disebabkan besarnya pukulan di sektor ekspor akibat efek berantai dari krisis utang di Eropa. Namun, masih ada ruang untuk mengantisipasinya.

Demikian disampaikan Ekonom Senior Asian Development Bank Edimon Ginting dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (24/11).

Melihat perkembangan terakhir situasi perekonomian di Eropa, Edimon menyatakan kondisi semakin sulit diprediksi. Beberapa negara di Eropa akan mengalami pelemahan ekonomi yang cukup berarti, bahkan beberapa di antaranya akan mencatatkan pertumbuhan negatif.

Perekonomian Indonesia, menurut Edimon, akan terimbas, terutama di sektor ekspor. Meskipun ekspor Indonesia tahun ini tinggi pertumbuhannya, tapi hal itu akan sulit diulangi tahun depan karena pelemahan di Eropa. Pemerintah sudah diversifikasi tujuan ekspor. Namun, tujuan ekspor baru seperti Afrika dan Amerika Selatan bukan tujuan tradisional Indonesia sehingga produk-produk yang masih baru akan susah tumbuh pesat.

Dengan demikian, Edimon memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 tidak akan sampai 6,7 persen sebagaimana ditargetkan pemerintah. ”Tidak mudah menghitung berapa pertumbuhannya, tapi saya pikir akan lebih lemah dari proyeksi yang sekarang,” kata Edimon.

”Kami melihat ada tren penurunan inflasi di bulan-bulan akhir. Jadi masih ada kemungkinan penurunan lebih jauh. Artinya, pemerintah masih punya ruang besar untuk menurunkan suku bunga ke depan. Artinya pula, pemerintah mempunyai instrumen untuk menyesuaikan kebijakannya dalam mengantisipasi pelemahan ekonomi global.

”Sementara investasi di Indonesia kondisinya baik saat ini dan ke depan tetap akan baik karena fundamental ekonomi baik. Cuma pertanyaannya, apakah investasi akan sekuat sekarang. Jika investasi melemah, maka dukungan pertumbuhan ekonomi juga berkurang,” ujar Edimon.

Asing keluar bursa

Sementara dari Bursa Efek Indonesia, para investor asing kembali memilih melepas portofolio mereka. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga ditutup melemah. Ketidakjelasan arah penyelesaian krisis utang di Eropa dan minimnya sentimen positif atas perekonomian AS dan China membuat pelaku pasar memilih memegang uang tunai dalam bentuk dollar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis, ditutup naik tipis 9,02 poin (0,24 persen) ke level 3.696,03 poin dengan jumlah transaksi sebanyak 7,1 juta lot dan nilai transaksi relatif sepi sebesar Rp 2,9 triliun. Sementara nilai rupiah ditutup melemah 63 poin ke level Rp 9.098 (kurs tengah Bank Indonesia). Di pasar spot antarbank rupiah ditutup pada Rp 9.100 per dollar AS.

”Secara teknikal memang ada support di level 3.650 yang menyebabkan beberapa saham emiten dianggap murah untuk dibeli. Dari eksternal, data kepercayaan diri bisnis di Jerman naik di atas dugaan, pertama kali sejak Juni,” kata Vice President Samuel Sekuritas Muhamad Alfatih soal kenaikan tipis IHSG kemarin.

Sejumlah sektor saham menguat, kecuali pertanian, konsumer, infrastruktur, dan perdagangan. Sejumlah pelaku pasar melihat tekanan terhadap IHSG dan rupiah belum akan reda minimal hingga sebulan mendatang atau hingga akhir tahun ini. Pasar bergerak semakin volatil dengan kecenderungan terus tertekan. Terkait menjelang perayaan Thanksgiving, sentimen atas Eropa sangat menentukan pergerakan pasar.

(LAS/BEN/OIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com