Dewan Gubernur BI yakin, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 cukup
”Pertumbuhan ekonomi domestik sekitar 6,3-6,7 persen pada tahun 2012 dan akan terakselerasi ke kisaran 6,4-6,8 persen pada tahun 2013 seiring membaiknya ekonomi global,” ujar Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/1).
BI memasang target inflasi tahun 2012 dan 2013 sekitar 4,5 plus minus 1 persen. Angka ini lebih rendah ketimbang target inflasi tahun 2011 yang mencapai 5 plus minus 1 persen.
Dewan Gubernur berkeyakinan, kebijakan yang bersifat counter-cyclical sangat diperlukan dalam pengelolaan makro-ekonomi. Darmin menjelaskan, kebijakan itu dapat dimaknai dengan langkah antisipatif yang akan diambil Indonesia sehingga pertumbuhan tidak melambat.
”Saat menurunkan policy rate, itu bagian dari counter-cyclical. Dengan bunga lebih rendah, akan dorong kredit untuk pertumbuhan lebih baik,” kata Darmin.
BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2011 dan 50 bps pada November 2011.
Peringkat utang Indonesia yang jadi investment grade atau layak investasi sejak akhir tahun lalu diyakini akan mendorong investasi ke Indonesia. Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menyebutkan, foreign direct investment (PMA) yang masuk Indonesia tahun 2011 sebesar 18,7 miliar dollar AS dan dana asing yang masuk ke portofolio pasar keuangan 5,8 miliar dollar AS.
”Diperkirakan tahun 2012, PMA akan naik menjadi 19,1 miliar dollar AS dan portofolio jadi 3,7 miliar dollar AS,” ujar Halim.
Secara terpisah, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa yakin, rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya sehingga dampak negatif pelambatan ekonomi global terhadap perekonomian akan lebih kecil ketimbang negara lainnya. Impor yang terus naik menandakan ada peningkatan aktivitas perekonomian dalam negeri.
Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 6,3 persen tahun ini, dengan laju inflasi 5,9 persen. Tahun ini rupiah di kisaran Rp 8.700-Rp 9.200 per dollar AS.
Dalam jangka pendek, diperkirakan masih ada tekanan inflasi bulanan yang cukup tinggi untuk kelompok bahan makanan karena musim paceklik yang biasanya selalu berulang.
”Namun, tekanan tersebut diperkirakan tidak ekstrem mengingat produksi beberapa kebutuhan pokok yang masih baik, seperti sayur-mayur, serta masuknya impor beberapa bahan pangan,” kata Yudhi dalam acara ”2012 Indonesian Investment Outlook” Danareksa. Tampil juga Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Chandra Pasaribu dan periset Danareksa Sekuritas, Yudhistira Slamet.