Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jahja Setiaatmadja, Mengurangi Antrean di ATM

Kompas.com - 16/01/2012, 08:29 WIB

Kemampuan Brasil secara finansial amat besar. GDP (produk domestik bruto)-nya sudah 11.000 dollar AS, sementara Indonesia sekitar 3.600 dollar AS. Pertumbuhan produk bahan olahan di Brasil pun luar biasa. Adapun bank umumnya memiliki aset amat besar. Satu bank dengan kategori lima besar mempunyai aset 10-15 kali aset BCA. Brasil menjadi negara yang sangat maju. Industri mereka berkembang dahsyat sehingga kita tidak lagi melihat Brasil hanya dengan sepak bola, kopi, dan tebu. Mereka mampu melebarkan spektrum bisnis.

Apakah berarti BCA hendak membuka cabang di luar negeri?

Tidak ada rencana itu. Ada beberapa alasan yang patut diketahui. Pertama, pasar Indonesia sendiri amat luas, penduduk 240 juta jiwa. Masih teramat banyak ceruk pasar yang belum digarap, atau kalau sudah digarap belum optimal. Kedua, hendak membuka cabang di mana? Di Singapura? Hongkong? Shanghai? Sebutlah kita coba di Singapura. Masalahnya, apakah BCA bisa berkompetisi dengan beberapa bank di Singapura? Ada DBS, UOB, dan OCBC, yang asetnya sekian kali lipat BCA. Mana bisa BCA bersaing di wilayah yang selain lawan amat kuat, juga lawan lebih mengenal medan tempurnya. Saya, sih, realistis saja, untuk sekarang belum. Kita jadi tuan rumah di negeri sendiri dulu.

Djarum masih pemegang saham terbesar BCA?

Benar, saham Djarum sebesar 51 persen, sisanya publik yang tersebar, termasuk para investor luar negeri. Kalau keluarga Salim, lebih kurang 1,7 persen.

Laba tahun ini cukup besar (sejutar Rp 8 triliun setelah pajak), rencana ekspansi?

Ada yang menarik diamati dari Grup Djarum sebagai pemegang saham terbesar. Laba yang diperoleh umumnya diinvestasikan kembali. Misalnya, membeli mesin ATM, membuka kantor cabang baru, dan merekrut karyawan baru. Per hari ini, karyawan BCA ada 19.950 orang. Cukup besar untuk kategori bank swasta nasional. Mereka investasikan kembali labanya agar lebih banyak orang dapat bekerja. Faktanya demikian.

Cita-cita Anda dengan BCA?

Saya konsentrasi bagaimana mengembangkan atau merealisasikan cita-cita untuk lebih memajukan BCA. Cita-cita tersebut tidak sekadar membuat BCA meraih profit yang jauh lebih besar dari sekarang agar lebih banyak orang bisa berkarya di BCA, tetapi bagaimana membuat BCA mempunyai brand lebih kuat. Misalnya, soal kartu kredit. Kami ingin suatu waktu BCA Card itu menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan sekarang, dan mempunyai brand yang sangat bersinar, bersaing dengan sejumlah kartu kredit yang ada sekarang.

Aspek lain, sebagai bank besar, BCA harus selalu menjaga kualitas pelayanan. Para anggota staf BCA saya minta memberi pelayanan terbaik dan menjadikan keprimaan layanan sebagai komitmen utama. Moral karyawan pun kami jaga sebaik-baiknya. Pimpinan, misalnya, menerapkan prinsip bottom up dan feed back. Lalu, ada forum di mana para staf atau karyawan memberi masukan dan kami memberi value tinggi atas masukan itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com