Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bromo Bukan Hanya Lautan Pasir

Kompas.com - 31/01/2012, 15:47 WIB

Oleh: Idha Saraswati dan Amir Sodikin

Pegunungan Tengger dan Gunung Bromo tak hanya terkenal keindahan lanskapnya. Budaya orang Tengger yang menghuni tempat itu sejak lama menjadi ”wisata” yang hidup. Salah satunya ritual Karo.

Pertengahan Oktober lalu, rangkaian ritual upacara Karo atau upacara pawedalan jagad yang digelar setahun sekali itu dimulai. Gamelan ketiplung mengiringi keberangkatan upacara penyucian pusaka tinggalan leluhur Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, menuju tempat yang dikeramatkan warga.

Dukun Ngadisari, Sutomo, memimpin sesepuh adat dan perangkat desa berarak melewati gang-gang kampung. Pusaka keris, tombak, bahkan uang kuno disucikan dalam ritual mandi kembang. Anak-anak hingga orang dewasa dengan pakaian terbaiknya larut dalam prosesi.

Upacara Karo merupakan persembahan korban bagi arwah leluhur, baik leluhur keluarga dekat maupun leluhur pendiri Tengger. Para leluhur yang sudah didewatakan ini bersemayam di Kawah Bromo. Ritual utama adalah upacara tekaning ping pitu, yaitu memanggil arwah leluhur agar pulang ke rumah. Upacara ini bisa berlangsung dua pekan.

Namun, hari raya Karo tak hanya untuk para leluhur. ”Upacara itu pada dasarnya upacara pawedalan jagad, kami memperingati lahirnya jagat. Disebut upacara Karo karena upacara ini dilaksanakan pada bulan Karo menurut kalender Tengger,” kata Sutomo.

Bagi masyarakat Tengger, alam sekitar, termasuk Gunung Bromo, penting diperhatikan. Sikap baik terhadap alam merupakan bagian dari kepercayaan mereka.

Ada tiga hal yang diperhatikan. ”Pertama pasti Sang Hyang Widi bersama manifestasinya, yaitu para dewa dan batara. Kedua leluhur. Ketiga leluhur ngaluhur atau leluhur Tengger,” katanya.

Di lereng Tengger itulah alam semesta diperingati berbarengan dengan penghormatan kepada leluhur. Mereka meyakini upacara itu juga terkait penghormatan kepada gunung, seperti halnya Kasada yang merupakan upacara mempersembahkan korban secara langsung kepada gunung.

Kurang dikenal

Walau Karo tak sebesar Kasada, upacara ini disebut-sebut sangat penting. Sebab, menjadi indikator apakah seseorang masih menjadi orang Tengger atau tidak. Namun, upacara ini masih asing di telinga wisatawan.

Bagi warga Tengger, Karo merupakan hari raya yang dinanti. Kemeriahannya mirip Lebaran bagi umat Islam. Saat Karo-lah pintu warga terbuka untuk siapa saja, saling mengunjungi dan menjamu. Tak hanya menjamu tetangga dan sanak saudara, tetapi juga menjamu arwah leluhur yang dipanggil pulang.

”Pada hari Karo kami berkeliling makan di semua rumah warga. Ini tradisi lama. Para tamu yang lewat pun kami tawari mampir. Bukan basa-basi, itu sudah adatnya,” kata Moyo, warga Jetak.

Perkataan Moyo bukan isapan jempol. Keramahan warga membuat wisatawan selalu ingin datang menyaksikan Karo. Namun, konsep wisata budaya, yang mengandalkan tradisi dan keramahan warga, ini tak bersentuhan langsung dengan industri wisata. Berbeda dengan desa-desa lebih di atas gunung yang terlibat langsung dalam industri wisata pesona alam Bromo yang lebih komersial, yang semua dihitung dengan rupiah.

Andalkan alam

Budaya dan ritual Tengger sendiri masih kalah pamor dibandingkan di Bali. Seorang wisatawan muda asal Belanda, Ghonick, mengatakan ke Bromo karena ingin melihat keindahan matahari terbit dan pemandangan pegunungan yang indah.

Berangkat dari Desa Ngadisari, napas Ghonick tersengal- sengal saat tiba di puncak Penanjakan II di Pegunungan Tengger. Penuh semangat, ia mengabadikan matahari terbit di atas kaldera Bromo.

Selain keindahan alam, Ghonick juga mengaku tak banyak tahu informasi lain tentang Bromo. Berbagai adat dan ritual masyarakat Tengger tak ada dalam referensinya. Tak seperti nama Bali yang di benaknya merupakan gabungan antara atraksi budaya dan pesona alam.

Pelaku industri wisata Jawa Timur, Haryono Gondosoewito, menuturkan, sejauh ini industri wisata lebih menjual pesona alam Bromo, seperti kaldera Bromo dan keindahan matahari terbit di Puncak Penanjakan. Brosur-brosur wisata bahkan menyebut matahari terbit di Bromo sebagai salah satu dari tiga momen matahari terbit terindah di dunia. Dari Penanjakan itu, wisatawan bisa melihat puncak Gunung Batur, Kawah Gunung Bromo, dan puncak Gunung Semeru di kejauhan.

Lanskap Tengger-Bromo memang memanjakan mata dengan beragam keindahan. Begitu mobil gardan ganda memasuki kawasan Bromo, perbukitan berselimut ilalang hijau segera menyegarkan mata. Gelombang perbukitan ”berkarpet” hijau itu terkenal sebagai

Bukit Teletubbies. Mengemudi lebih jauh terhampar lautan pasir. Embusan angin gunung mengukir pola unik di atas pasir. Dari lautan pasir ini, ada jalur pendakian ke kawah Bromo.

Berbagai kendala

Pelaku wisata kesulitan mengangkat potensi lain di Bromo, termasuk budaya, karena menilai pasarnya lemah. Memang ada turis yang tertarik menyelami budaya, yang biasanya berasal dari Eropa. Namun, jumlahnya tak signifikan.

Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kawasan Bromo juga dinilai kurang maksimal karena ada tiga kabupaten yang berkepentingan terhadap kawasan wisata itu. ”Membuat satu kebijakan saja jadi sulit karena harus atas persetujuan tiga kabupaten,” kata Haryono, yang juga mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita).

Selain itu, warga sepertinya juga belum siap menerima wisatawan. Tarif penginapan, misalnya, sering ditawarkan tanpa standar. Anna dan Ben, turis dari Jerman, misalnya, mengaku merasa tertipu. Mereka membayar hotel lebih mahal dibandingkan tarif normal. ”Kami malam sampai di Bromo, jadi yang penting dapat kamar. Ternyata setelah kami bandingkan harganya, kami membayar lebih mahal,” ujar Anna.

Pengunjung dilarang bermobil ke area wisata. Pilihannya, jalan kaki atau menyewa kuda, sepeda motor, atau jip.

Untuk membujuk wisatawan memakai jasanya, operator alat transportasi kerap menyampaikan informasi menyesatkan. Hal itu misalnya mengatakan, jarak ke suatu lokasi sangat jauh dan sulit dijangkau kendaraan pribadi sehingga perlu menyewa kendaraan. Terkadang dengan tarif mahal. Harga sewa jip selama 30 menit perjalanan pulang-pergi Rp 300.000.

Bagaimanapun keadaannya, Bromo magnet wisata Jawa Timur. Haryono mengatakan, dalam ajang tahunan Majapahit Travel Fair, pelaku wisata Jatim berupaya mengenalkan destinasi baru kepada biro wisata dari berbagai negara. Namun, agen perjalanan dari berbagai negara selalu meminta ke Bromo.

Sayangnya, andalan di Bromo hanya pemandangan. Keramahan dan keunikan budaya luput dari perhatian. (Indira Permanasari/Ahmad Arif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

    Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

    Whats New
    Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

    Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

    Whats New
    OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

    OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

    Whats New
    Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

    Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

    Whats New
    Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

    Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

    Whats New
    Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

    Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

    Whats New
    Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

    Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

    Work Smart
    Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

    Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

    Whats New
    Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

    Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

    Whats New
    Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

    Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

    Whats New
    Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

    Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

    Earn Smart
    Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

    Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

    Whats New
    Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

    Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

    Whats New
    Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

    Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

    Whats New
    Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

    Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

    Earn Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com